TEMPO.CO, Jakarta - Anak-anak Indonesia kini seperti tak bisa lepas dari gadget, antara lain tablet dan telepon pintar. Ada banyak anak kecil yang suka berlama-lama dengan barang ini. Menurut psikolog Anna Surti Ariani, dampak lain dari keranjingan gadget adalah membuat kurangnya gerak tubuh. (Baca: Pajang Foto di Facebook Bukan Narsis, Asal...)
Psikolog yang biasa disapa Anna ini mengatakan dampak keranjingan gadget tidak sebatas fisik, tapi juga kesulitan dalam pelajaran. Contohnya pada anak yang sedang belajar menulis. “Karena penggunaan gadget hanya dua jari, sementara untuk menulis butuh lima jari,” kata ibu dua anak ini. “Koordinasi motoriknya jadi kurang bagus.”
Meski demikian tablet dan telepon pintar, tentunya, juga memiliki banyak efek positif bagi anak. Dengan Internet, surat elektronik, pesan teks, dan kamera, “Seakan-akan, dunia ada di genggaman kita,” kata Anna. “Sehingga bisa mendukung pelajarannya.”
Game yang ada pada gadget juga berguna sebagai pelepas stres. Terlebih, dia menambahkan, banyak permainan yang mengandalkan hukum fisika dalam pemecahan masalah. Contoh yang paling mudah didapati adalah Angry Birds, yang mengusung hukum pegas dalam memberantas babi pencuri telur burung.
Hal itu dirasakan betul oleh Dewani Putranti. Warga Apartemen Kalibata City ini saban hari meninggalkan putranya, Bayu Lokatara, 10 tahun, bersama asisten rumah tangga karena kesibukan pekerjaan. Bayu kerap menenteng tablet saat pulang sekolah, termasuk ketika menjalani serangkaian les. “Itu untuk melepas stres,” kata Dewani, 42 tahun.
Jadi para orang tua sebaiknya mencari jalan tengah. “Anak tidak dilarang menggunakan gadget, tapi dibatasi,” ujar Anna. Pembatasan bertujuan mencegah anak-anak kecanduan alat elektronik tersebut dan memberi kesempatan mereka beraktivitas fisik.
Jika mendapati anak terjebak dalam dampak buruk Internet, misalnya pornografi, psikolog Universitas Indonesia itu meminta orang tua tidak memarahi anaknya. “Sebaliknya, mereka perlu didekati dan diajak cerita,” katanya. “Dengan begitu, kita bisa membangun kedekatan dan menjauhkannya dari pornografi.”
Anna (baca: Anak Bukan Onak Perkawinan) menyarankan sebaiknya para orang tua berlaku bijak, tak harus keras melarang anaknya menggunakan telepon pintar dan tablet. “Bisa membuat mereka minder karena teman-temannya pakai smartphone,” kata Anna.
Namun, kata Anna, bersikap membebaskan anak berhape ria juga membuat dampak negatif, dari kurang gerak hingga terjerat pornografi. Karena itu, ia menyarankan jalan tengah, yaitu membatasi waktu interaksi anak dengan telepon pintar dan tablet.
Dia menyebutkan bahwa anak di bawah usia 2 tahun harus dilarang menggunakan gadget. Alasannya, bayi seusia itu belum memahami gadget, juga berpotensi dibanting atau membentur si bayi.
"Kalau pada anak usia 2-6 tahun maksimal gunakan satu jam sehari. Untuk si kecil yang berusia di atas 6 tahun maksimal dua jam sehari," kata Anna.
EVIETA FADJAR| HP| NY DAILY NEWS | BREIT BART
Terpopuler
Tetap Aksis dengan Gaya Bertopang Dagu
Diet Cacing Pita Populer di Kalangan Model
Bullying Tingkatkan Peradangan
6 'Manfaat' Kesehatan Jika Menjomblo
Manfaat Rose Hip Oil untuk Kecantikan