TEMPO.CO, Jakarta - TWG bisa disebut sebagai salah satu pelopor penyajian teh premium. Tengok saja gerai mereka di pusat belanja Pacific Place dan Plaza Senayan. Di dua gerai yang didominasi warna emas itu, Anda bisa merasakan nuansa kolonial yang kental. Dengan latar musik orkestrasi, para pelayan akan menuangkan teh dari teko berwarna keemasan. "Kami hanya menyeduh teh satu kali saja. Setelah itu dibuang," ujar pramusaji TWG, Ardian. Jadi, daun teh yang Anda pesan seharga minimal Rp 45 ribu itu tidak akan dipakai untuk seduhan kedua, atau bahkan ketiga kalinya. (Baca: Mampir ke Restoran Negeri Ajaib, Alice)
TWG juga menjadi pemasok teh untuk berbagai rumah teh. The Lounge di Keraton Hotel menggunakan jenis teh dari TWG, selain teh premium Godiva, yang hanya disajikan pada pukul 15.00-18.00. "Kalau sudah lewat waktunya, kami tidak bisa menyuguhkan teh itu," ujar Felicia, pramusaji di The Lounge.
Maraknya kegiatan minum teh dengan embel-embel high tea ini, kata Ernest, sebenarnya bagian dari munculnya ceruk baru peminum teh, yaitu para wanita yang senang nongkrong untuk arisan. "Lebih dari 80 persen pelanggan kami memang wanita," ujar Ernest Silanoe, pencetus Bradley's British Tea House. Di tempatnya, Bradley's sering kali dipenuhi oleh grup arisan ibu-ibu. Tidak jarang mereka harus menolak tamu jika kedai teh tersebut sudah penuh.
Menurut Ardiansa Putra, yang ikut mendirikan Bradley's, mereka bahkan sempat membatalkan pesanan sebuah grup arisan karena mereka terus menambah jumlah peserta. "Awalnya cuma untuk 20 orang, tahu-tahu minta tambah terus sampai 50 orang," ujar dia. Karena tahu kapasitas tempatnya yang terbatas, Ardiansa memutuskan untuk menolak grup itu.
Seperti diakui Wakil Direktur Komunikasi Hotel Mulia, Adeza Hamzah, kebanyakan penikmat teh sore memang wanita. "Bahkan, dulu kami bikinkan undangan sendiri untuk menghadiri acara teh sore eksklusif." (Baca: Menikmati Cupcake Berpadu Teh ala Eropa)
Bagi para penikmatnya, acara minum teh sore memang lebih baik dilakukan ramai-ramai. "Kalau bisa sih, jangan pergi sendirian," ujar Nahlia Rianto. Gadis 25 tahun ini justru menghindari pergi minum teh sendirian. Menurut dia, ada aturan tak tertulis untuk berpakaian sebaik mungkin saat pergi minum teh, terutama di gerai teh semacam TWG. Ini juga yang kadang membuat Nahlia enggan pergi sendirian. Bila pergi bersama-sama, dia merasa lebih aman tanpa takut terintimidasi. Apalagi, suasana gerai teh terkadang cenderung kaku. "Takut aja kalau sendirian, terus salah kostum dan jadi malu," ujar dia.
Kesan mewah dan kaku ini yang sebenarnya dicoba diredam oleh Ardiansa dan Ernest lewat Bradley's. "Kami mau siapa pun yang datang ke sini bisa merasa nyaman, seperti datang ke rumah sendiri," ujar Ardiansa. Itu sebabnya, interior gerai itu dirancang seperti rumah-rumah di Inggris dengan gaya shabby chic, yang menampilkan warna pudar. Strategi yang sama juga diadopsi oleh Lady Alice, dengan desain gerai yang lebih membumi dan terinspirasi oleh dongeng Alice di Negeri Ajaib.
SUBKHAN | DIANING SARI |HP
Terpopuler
Tetap Aksis dengan Gaya Bertopang Dagu
Diet Cacing Pita Populer di Kalangan Model
Bullying Tingkatkan Peradangan
6 'Manfaat' Kesehatan Jika Menjomblo