TEMPO.CO, Jakarta - Kemeja batik sering identik dengan kemeja gombrong yang dipakai dengan cara dikeluarkan dari celana. Lewat koleksi terbarunya, Iwan Tirta Private Collection menyuguhkan batik yang 'naik kelas' di Plaza Indonesia Men's Fashion Week 2014.
"Kemeja batik yang dimasukkan ke dalam celana adalah bagian dari cara memakai pakaian batik ala almarhum Mas Iwan Tirta," ujar Era Soekamto, desainer yang kini bertindak selaku Creative Director dari Iwan Tirta Private Collection, Rabu, 24 September 2014. Era menyuguhkan koleksi kemeja batik dengan ukuran ngepas di badan.
Tentu ini jauh berbeda dengan kemeja batik yang jamak dijumpai di pasaran, yaitu dengan ukuran gombrong, ataupun siluet yang lurus. Era menampilkan koleksinya dengan sentuhan aristokrat di dalamnya. Lihat bagaimana para model berjalan dengan membawa sebatang cerutu. Atau lihat bagaimana para model mengenakan scarf di dalam kemeja batik mereka. Batik terlihat "sangat Eropa", apalagi diperagakan model Kaukasia.
"Ini adalah upaya untuk melakukan 'leverage' terhadap kemeja batik itu sendiri," kata Era. Maksudnya, dia ingin menghapus citra kemeja batik gombrong tanpa ukuran yang pas sebagai satu kewajaran. Artinya, standar baru kemeja batik dengan ukuran yang memeluk tubuh—atau bahkan ketat—kini harus memasuki era kejayaannya.
Ada tiga motif yang menjadi benang merah koleksi Iwan Tirta kali ini. Yang pertama yaitu motif tradisional berupa kawung, lalu motif akulturasi dengan Cina—ini menjadi penjelasan adanya pola naga dalam beberapa kain batik—dan yang terakhir immersion atau penggabungan. "Ini merupakan gabungan beberapa motif," kata Era. Semua kemeja batik itu, bukan hasil cetakan. "Semua merupakan batik tulis."
Iwan Tirta Private Collection tidak menyasar konsumennya dengan sembarangan. "Pasar kami memang kalangan kelas atas, biasanya pejabat atau semacamnya," kata dia. Cerutu yang dibawa oleh para model menunjukkan target label ini.
SUBKHAN