TEMPO.CO, Jakarta - Street food atau makanan jalanan menjadi komponen wisata kuliner yang layak mendapat perhatian dari pemerintah.
"Bukan hanya restoran otentik, gourmet, hotel bintang lima, atau jasa boga dari perusahaan besar," kata Erik Wolf, pendiri World Food Travel Association, dalam seminar bertajuk "Menggali Ragam dan Bisnis Wisata Kuliner" di Jakarta, Senin, 29 September 2014, di gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Menurut Wolf, tidak semua wisatawan asing yang datang ke Indonesia ingin menyantap masakan mewah di restoran bintang lima. Sebagian besar dari mereka, kalangan terdidik, dengan usia muda atau setengah baya, "Yang makannya di pinggir jalan," katanya. (Baca: Pasar Kangen Jogja, Sepekan Jogja 'Lawas ... - Tempo.co)
Wolf salut pada Kemenparekraf yang mencoba merangkul para pengusaha bermodal kecil (UKM) pada bidang kuliner. Hanya, perlu membidik strategi khusus untuk itu, yakni membuat road map, seperti timeframe, dan target yang akan dicapai.
Adapun Plt Dirjen Pengembangan Destinasi Wisata Dadang Rizki Ratman mengatakan 30 kuliner Indonesia yang dirilis pada 2012 kurang menggema gaungnya karena belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat. "Mudah-mudahan, dengan digelarnya banyak event, bisa disosialisasikan dengan baik." (Baca: 5.000 Jajanan Pasar dan Angkringan Gratis ... - Tempo.co)
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Indonesian Coffee Festival Angkat Petani Kopi
Protein Penyebab Kanker Payudara Ditemukan
Akan Dibangun Galeri Indonesia Kaya Terbesar
Kebahagiaan Bill-Hillary Clinton Jadi Kakek Nenek