TEMPO.CO , Jakarta:Apa arti usia 25 tahun bagi seorang Didi Budiardjo? Perancang berkacamata ini memang bukan merayakan hari kelahirannya, tetapi usia 25 tahun merupakan perjalanan karirnya sebagai perancang yang berkarya di industri mode di Tanah Air. Melalui pagelaran bertajuk 'Curiosity Cabinet' yang berlangsung di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Selatan pada Rabu malam, 1 Oktober 2014, ia mengatakan. (Baca: Gaun Pengantin Kenangan Abadi Didi Budiardjo)
"Saya ingin menyjaikan sebuah elemen yang erpenting dari show saya malam ini. Sebuah kejutan yang akan saya sajikan untuk mengajak menyaksikan hal-hal yang bersifat di luar nalar," kata Didi.
Dalam peragaan busana kali ini, Didi menampilkan sekitar 50an koleksi busananya yang terkesan inggil atau bergaya bangsawan. "Saya mau memanjakan para undangan dan berbagi kegembiraan engan menyaksikan peragaa yang tidak kelewat lama waktunya," kata Didi yang menggelar peragaannya kurang dari setengah jam saja.
Perancang busana pengantin ini begitu terpesona dengan puisi karya pujangga Prancis Jacques Prévert Jacques Prévert Cet Amour...‘dans la forêt de la mémoir’ atau cinta yang mengisahkan ungkapan cinta sang pujangga. Dalam puisi yang berjudul Menambat Janji sebagai berikut;
Seleret perawan menuju altar
Meniti impiannya
Menjemput Sang Kekasih
Mengibas tawa dalam organza, chantily, dan ragam lace busana ayu melenggok
Hanya ada putih dan putih lagi
Kuikatkan ikrar lewat sebentuk cincin
Kalbu penuh ingatan asmara
Saat panah cinta telah dilesatkan menghujam jantung.
Menurut Didi, ia meyakini cinta yang terkadang susah dipahami atau dimengerti. "Jadi, cinta adalah hal yang susah dipahami atau dimengerti. Atau cinta tidak bisa diterima dengan nalar atau akal sehat," kata Didi yang setiap karyanya terilhami sebuah karya sastra atau musik, terutama para seniman Prancis.
Pada 2013 lalu, Didi menggelar peragaan busana berjudul 'Reverie' yang terinspirasi dari karya-karya komponis Prancis Claude Debussy. Didi mengatakan untuk peragaan kali ini sebagai belantara kenangan yang menjadi persembahan kasih hadir menuntaskan rindu dalam balutan yang melinggis dari kenangan di masa lalu.
Dalam koleksinya kali ini, Didi menyuguhkan warna merah yang dikenangnya dari warna tembikar menitis pada gaun berhias guipure. Atau ada juga gaun merah berwiru sinar mentari dengan serakan bunga bermekaran di atasnya.
"Saya percaya pada rebahkan panah cinta pada yang terkasih," kata Didi yang menggunakan bahan damask, jaquard, lame, hingga matelasse yang disajikan berupa siluet yang sarat makna. Melalui peragaan kali ini, Didi menuntun sebuah kenangan yang dibangkitkan ketika ia terpanah.
Peragaan ini menuai suka cita lantaran cinta yang melahirkan karya yang dipaparkan secara puitis dan memukau terangkai di atas sebuah pentas kini dan nanti. Bagi perancang bertubuh mungil ini juga menegaskan pengertian 'Curiosity Cabinet' yang mengisahkan perjalanan kariernya selama dua setengah dasawarsa.
"Tentunya ada banyak hal yang terjadi selama 25 tahun seperti penuh memori, kebangkitan dan kejatuhan. Saya mendapatkan pengalaman seru dan selalu terkesan ketika mengunjungi berbagai tempat di berbagai penjuru dunia. Ada juga yang saya dapatkan dari perjalanan atau traveling mendapatkan barang-barang menarik yang saya sajikan dalam inspirasi ini," kata Didi.
Perancang yang pernah memperdalam ilmu mode di Atelier Fleuri Delaporte, Paris, Prancis, ini juga menjelaskan 'Curiosity Cabinet' memiliki nama lain seperti Kunstkabinett, Wunderkammer, Cabinet of Wonder.
"Ya penggambarannya sebagai mikrokosmos atau teater dunia, dan sebuah teater memori," ujar Didi. (Baca: Marcella Tanaya, Wajah Unik Ikon Mode JFFF 2014)
Menurutnya, dalam terminologi modern dikategorikan sebagai benda-benda yang dimasukkan sebagai benda memori, barang antik, kenangan, dan seterusnya.
"Hal yang sama saya perhatikan adalah pada tiap sisi dasar otak manusia, terdapat tempat di mana memori tersimpan rapi, dari yang menyenangkan hingga sisi gelap sekalipun. Bagian otak besar yang terletak di lobus temporal, dengan sisi kanan dan kiri kepala yang berperan pada kegiatan mengingat," ujar Didi.
Bagi Didi, momen berharga karyanya tidak akan berhenti sampai di sini. " I collect things and and stories that I treasured...”, ujarnya yang meyakini kalimat, "Stories of things that is disappearing before our eyes."
HADRIANI P
Terpopuler
Metode Patch Adams Akan Diterapkan di RSJ Lawang
Bermasalah dengan Ibu? Hati-hati jika Punya Bayi
7 Fakta Victoria Beckham yang Tak Diketahui Publik
Astari Rasyid Dukung Batik Indonesia
Ida Leman Akui Orang Padang Pencinta Batik Jawa