Sebaliknya, si mental kaya (Baca: Hanya Jumlah Uang Ini Bisa Membeli Kebahagiaan) kerap menjalani hidup sederhana dan jauh dari gaya hedonistis. “Pemilik kepribadian ini menyukai proses menuju kaya dan menyadari tidak ada cara instan untuk mencapainya,” kata Verauli. Ciri khas pemilik kepribadian ini, dia menambahkan, adalah rajin mengelola kelebihan pendapatan—walau cuma seiprit—menjadi aset.
Verauli mengatakan mental si kaya dan si miskin bukan berasal dari bawaan lahir. “Ada dinamika yang membuat mental itu berkembang,” kata pengajar Magister Profesi Psikologi di Universitas Tarumanegara, Jakarta, ini.
Dia mengaku pernah memiliki mental miskin. “Setiap hari makan di mal,” kata Verauli. Namun, pertemuan dengan mendiang Liem Sioe Liong—yang pernah menyandang sebutan orang terkaya di Indonesia—beberapa tahun lalu mengubahnya. “Beliau menyarankan, kurangi makan di luar, kurangi liburan, dan perbanyak membaca buku yang menginspirasi kita mencapai hal positif.”
EVIETA FADJAR | HP
Terpopuler
Kue Kurma, Lengkapi Sajian Menu Idhu Adha
Kontrasepsi, Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Dengan Makan Siang, Cairkan Komunikasi dan Hati