TEMPO.CO, Jakarta - Tungkai kaki Nova Dara, yang biasa dipanggil Ara, 27 tahun, terasa sangat pegal ketika pertama kali melakukan percobaan foto levitasi. Ia dan temannya harus melompat berulang-ulang agar tercipta gambar melayang dari jepretan telepon pintar mereka. Bahkan salah satu temannya sampai terkilir. Sekitar 2-3 jam pertama, gambar yang diinginkan tak jadi juga. Foto Ara melayang baru berhasil didapat setelah menghabiskan waktu lebih dari 10 jam.
"Foto levitasi itu berbeda dengan jump shoot atau foto lompat," ujar Ara saat diwawancarai di sebuah kedai kopi di Cikini, Jakarta, Selasa, 30 September 2014. Foto levitasi, menurut Ara, harus dapat menggambarkan sebuah tema dengan obyek melayang, tapi obyek tersebut tidak boleh terlihat melompat.
Perbedaan foto levitasi dengan foto melompat terlihat dari mimik muka dan gerak badan orang yang dijadikan obyek. Dalam foto levitasi, orang itu terlihat melayang tanpa beban, seolah-olah terbang. Ini berbeda dengan foto lompat yang mimik muka obyeknya tampak lepas dan bergerak bebas tak terkendali. Baju dan rambut obyek dalam foto levitasi juga perlu diperhatikan. Bila baju terlalu longgar, foto yang dihasilkan akan berantakan.
Bagian tersulit dalam membuat foto levitasi adalah fotografer harus tahu momentum yang tepat untuk menjepret obyek saat berada di udara. Jika satu momentum itu terlewat, hasilnya akan gagal. Momentum ini muncul saat obyek terlihat rapi dan ekspresif. "Yang paling baik adalah saat obyek berada di atas. Kalau sudah turun, justru jadi berantakan," kata Ara.
Kini jumlah anggota Levitasi Hore yang aktif di seluruh Indonesia mencapai 20 ribu orang. Untuk bergabung dalam komunitas ini, orang tidak perlu memiliki kamera canggih. Yang perlu diingat, kamera saku dan telepon seluler lebih baik digunakan pada pagi hari, saat masih ada cahaya matahari, karena kemampuan kamera gawai tersebut terbatas.
Levitasi Hore tidak memiliki markas tetap. Mereka lebih suka bersosialisasi melalui tatap muka langsung ataupun media sosial. Akun Twitter mereka, @LevitasiHore, secara konsisten mengabarkan berbagai kegiatan yang akan dan sudah dilakukan. (Baca juga: Kongres Fotografi Indonesia 2014 Diluncurkan)
CHETA NILAWATY
Berita terpopuler:
Begini Kegilaan Noriyu Kawal UU Kesehatan Jiwa
Inspirasi Feminisme untuk Musim Panas 2015
Sebuah Memoar Kesehatan Jiwa Nova Riyanti Yusuf
Tas Karpet Ngetren Lagi
Perlunya Branding bagi Orang Kota
Indonesia SeGar Beri Pelatihan Bugar Siswa SMP-SMA