TEMPO.CO, Jakarta - Mulai tahun ini pasien kanker stadium lanjut yang berobat ke Singapura bisa melanjutkan perawatan di Indonesia dengan lebih terkendali. "Kami mengaktifkan lagi kerja sama dengan onkolog-dokter spesialis kanker-Singapura," kata dokter Aru W. Sudoyo SpPD KHOM FACP dalam konferensi pers Jakarta Megapolitan Hematologi-Medical Oncology Forum (JAMHEMOF) 2014 di Double Tree, Jakarta, Jumat, 17 Oktober 2014.
Forum kerja sama dengan onkolog dari Negeri Jiran tersebut sebenarnya sudah dimulai 2006. Tapi baru tahun ini dihidupkan kembali yang diawali dengan pembuatan tata laksana baru pasien kanker kolon metastatik. Djumhana Atmakusuma, spesialis penyakit dalam, menuturkan langkah baru ini sekaligus menyambut era zona perdagangan bebas Asia Tenggara (AFTA) yang dimulai tahun depan.
Saat ini sudah banyak pasien Indonesia yang berobat ke Singapura. Dengan jalinan yang sudah terpaut lebih dini, diharapkan dia, pasien-pasien bisa terpantau pengobatannya. Djumhana mengatakan setidaknya data rekam medis pasien antara dua negara bisa dimonitor.
Aru menambahkan, banyak pasien kanker asal Indonesia tidak dibekali data rekam medis yang lengkap ketika kembali. Sehingga kesulitan untuk melanjutkan perawatan. "Tidak semua dokter di Singapura mau menyerahkan data itu," kata pengajar ilmu penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini. Akhirnya yang rugi adalah pasien dari Indonesia sendiri.
Diharapkan adanya kesediaan sejumlah dokter dari Singapura yang hadir selama tiga hari di Jakarta, 17-19 Oktober 2014, mampu membuat masa transisi pasien lebih lancar. Forum dua negara ini diikuti 120 doktor onkologi medik dari Indonesia dan lima dokter dari Singapura.
DIANING SARI
Berita Terkait:
Pasien Kanker Ini Berharap Jokowi Jadi Presiden
Penemu Rompi Antikanker Kerja Sama dengan Jerman
Skrining Cegah Kanker Kolorektal
Berdamai dengan Efek Kemoterapi