TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit radang paru-paru atau pneumonia adalah penyebab utama kematian bayi dan balita terbesar. Ada beberapa gejala yang dapat terlihat secara kasat mata apakah bayi dan balita terkena penyakit pneumonia. "Gejala pertama adalah anak gelisah," kata Ketua Unit Kerja Koordinasi Respiratory Ikatan Dokter Anak Indonesia Nastiti Kaswandani di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa, 4 November 2014.
Nastiti menjelaskan para orang tua seharusnya bersyukur ketika anak mereka tidak bisa diam, mondar-mandir, suka berlarian, bahkan jumpalitan. "Jangan justru dibilang nakal. Mereka seperti itu artinya sehat," katanya. Sebaliknya, saat anak gelisah, ada kemungkinan si anak justru terkena pneumonia.
Gejala selanjutnya dapat dilihat dari cara si anak bernapas. Dibandingkan anak normal, bayi dan balita yang terkena pneumonia biasanya bernapas lebih cepat. "Napasnya cepat seperti ngos-ngosan seakan baru selesai berlari," katanya.
Menurut Nastiti, hal ini terjadi lantaran ada beberapa bagian pada paru-paru penderita yang sudah rusak, sehingga jumlah oksigen yang diambilnya dalam sekali hirup berkurang. Maka, untuk memenuhi oksigen yang dibutuhkan tubuh, ia perlu bernapas lebih cepat.
Nastiti mengatakan para orang tua bisa menghitung jumlah napas bayi dan balita mereka untuk deteksi dini tersebut. Bila anak berusia 0-2 bulan bernapas sebanyak 60 kali atau lebih selama satu menit, artinya dia memiliki gejala pneumonia.
Pada anak berusia 2-12 bulan, bila ia bernapas sebanyak 50 kali atau lebih pun dalam satu menit juga menjadi salah satu tanda adanya pneumonia. Untuk anak berusia 1-5 tahun yang terkena pneumonia dapat terlihat bila ia bernapas 40 kali atau lebih dalam satu menit.
Selain frekuensi napas yang cepat itu, gejala seseorang mengalami pneumonia adalah tampak tarikan dinding dada bagian bawah. "Gejala terakhir adalah bibir tampak kebiruan," kata Nastiti. Apabila si balita dicurigai pneumonia, Nastiti menyarankan untuk segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.
Bayi dan balita yang terkena pneumonia itu memerlukan oksigen dan obat antibiotik. Nastiti mengingatkan untuk tidak membeli obat di sembarang tempat. "Obat bebas dan obat tradisional yang belum terbukti manfaatnya dapat memperburuk penyakit," kata Nastiti.
MITRA TARIGAN
Topik terhangat:
TrioMacan | Penghinaan Presiden | Susi Pudjiastuti | Pengganti Ahok
Berita terpopuler lainnya:
3 Jagoan Intel Ini Calon Kuat Kepala BIN
Raden Nuh Sempat Melawan Saat Ditangkap
Cara Menteri Susi Berantas Pencurian Ikan
Kata Jokowi, Informasi BIN Sering Meleset