Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mutasi EFGR, Si Penanda Kanker Paru

image-gnews
Ilustrasi. drpinna.com
Ilustrasi. drpinna.com
Iklan

TEMPO.CO, Malaysia-Kanker Paru adalah salah satu pembunuh senyap di Asia. Laporan Kanker Dunia tahun 2014 menunjukkan bahwa 20,8 persen kematian akibat kanker di Asia disebabkan dari kanker paru. Dan yang lebih menyayat adalah separuh dari kejadian kanker paru di dunia, terjadi di Asia. Dari pasien kanker paru Asia, ditemukan bahwa 40 persen di antaranya memiliki mutasi EFGR. Adapun mereka yang memiliki ras kaukasus hanya sekitar 10-15 persen selnya yang mengalami mutasi EFGR.

EFGR atau Epidermal Growth Factor Receptor, merupakan anggota keluarga enzim ErbB yang dikenal sebagai tirosin kinase. Satu keluarga ini berperan dalam tumbuh dan berkembangnya sel dalam tubuh. Sayang meski fungsinya bagus, perilakunya sering berlebihan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 90 persen tumor, setidaknya memiliki salah satu reseptor dari keluarga ini. Karena dia hiperaktif, maka membuat terjadinya pertumbuhan sel yang takterkontrol, menghambat kematian sel normal dan mencetuskan tumor. "Mutasi di EFGR adalah salah satu penanda ilmiah yang terbukti kebanyakan hanya ada di kanker paru," kata Profesor Tony Mok dari Universitas Cina di Hong Kong dalam acara Asia Pasific of Lung Cancer Conference di Hotel Shangrila, Kuala Lumpur 6-8 November 2014.

Kajian Universitas Cina, Mutasi EFGR terjadi pada lebih dari 40 persen penderita kanker tipe Non-small cell lung cancer (NSCLC). Jenis kanker paru yang menyerang dari 85 persen total penderita kanker. Sisanya yaitu 14 persen penderita kanker paru adalah mereka yang memiliki small cell lung cancer (SCLC). Mutasi di EFGR ini juga unik. "Dia ditemukan justru pada penderita kanker paru yang tidak punya sejarah merokok," kata Profesor Keith Kerr dari Universtias Aberdeen Skotlandia. 

Ini belum dapat dijelaskan secara lebih detail, karena penelitian terus berlangsung. Adapun kenapa masyarakat Asia yang terkena kanker paru, kebanyakan memiliki mutasi EFGR. Padahal diketahui prevalensi merokok, masyarakat Asia sangat tinggi ketimbang masyarakat di Eropa maupun Amerika. Kerr menengarai, adalah efek kombinasi antara genetika masyarakat Asia dan mereka yang terkena asap rokok sebagai perokok pasif. Sehingga terjadi pengubahan genetika.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan segala kekhasannya, mutasi EFGR ini sekarang menjadi andalan para ahli kanker atau onkolog untuk menyasar terapi target pasien NSCLC. Menurut Profesor Kai fa To dari Universitas Cina di Hong Kong, pengujian untuk mutasi EFGR paling sesuai untuk pasien NSCLC dengan jenis yang lebih spesifik lagi yaitu Adenocarcinoma. Hampir 50 persen, penderita NSCLC adalah adenocarcinoma yang dicirikan saluran lendir (mukus) di jalur pernafasannya tumbuh sel kanker. "Spesimen dari penderita tersebut sangat layak untuk diuji," kata To.

DIANING SARI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

4 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

14 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.


Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

14 hari lalu

Ilustrasi kanker paru-paru. Shutterstock
Gejala Kanker Paru pada Bukan Perokok

Gejala kanker paru pada bukan perokok bisa berbeda dari yang merokok. Berikut beberapa gejala yang perlu diwaspadai.


BRIN Kembangkan Terapi Kanker Paru Gunakan Nanopartikel

31 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
BRIN Kembangkan Terapi Kanker Paru Gunakan Nanopartikel

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan metode terapi penyakit kanker paru menggunakan material nanopartikel.


Pemeriksaan Kanker Paru dengan EFGR, Cek Kelebihannya

51 hari lalu

Ilustrasi kanker paru-paru. Shutterstock
Pemeriksaan Kanker Paru dengan EFGR, Cek Kelebihannya

Pakar mengatakan pemeriksaan mutasi EGFR merupakan jenis yang dilakukan untuk kanker paru untuk menentukan pengobatan yang tepat.


Gejala Kanker Paru yang Sering Tersamar Kondisi Lain, Waspadalah

52 hari lalu

Ilustrasi Kanker paru-paru. Shutterstock
Gejala Kanker Paru yang Sering Tersamar Kondisi Lain, Waspadalah

Gejala kanker paru bisa tak disadari karena sering mirip penyakit lain, bahkan tak ada gejala sama sekali. Karena itu, penting melakukan skrining.


Dari Tauge sampai Tomat, Makanan yang Disebut Bisa Menangkal Kanker

53 hari lalu

Tumis Tauge Ikan Asin. youtube.com
Dari Tauge sampai Tomat, Makanan yang Disebut Bisa Menangkal Kanker

Pakar gizi menyebut enam makanan yang bisa membantu menurunkan risiko kanker dan mayoritas mudah ditemukan dengan harga murah.


Pulmonolog Ingatkan Merokok Penyebab 85 Persen Kasus Kanker Paru

59 hari lalu

Ilustrasi kanker paru-paru. Shutterstock
Pulmonolog Ingatkan Merokok Penyebab 85 Persen Kasus Kanker Paru

Menurut WHO, sekitar 85 persen kanker paru berhubungan dengan kebiasaan merokok. Simak saran pakar pulmonologi.


Pakar Sarankan Skrining Awal untuk Permudah Pengobatan Kanker

6 Februari 2024

Ilustrasi mamogram. Wikipedia.org
Pakar Sarankan Skrining Awal untuk Permudah Pengobatan Kanker

Skrining awal dikatakan spesialis onkologi radiasi dapat meningkatkan angka kesembuhan serta mengontrol efek samping pengobatan kanker.


Tak Bisa Lagi Pakai Obat Rumahan, Kapan Waktunya Batuk Perlu Diperiksa ke Dokter?

16 Januari 2024

Ilustrasi batuk pilek. Shutterstock
Tak Bisa Lagi Pakai Obat Rumahan, Kapan Waktunya Batuk Perlu Diperiksa ke Dokter?

Batuk sebenarnya wajar saja tapi bila gejala semakin parah atau terjadi lama, akibatnya bisa mengiritasi paru-paru. Kapan perlu ke dokter?