TEMPO.CO, Jakarta - Lari memang menyehatkan. Tapi lari juga bisa menjadi petaka jika tidak dilakukan dengan benar. Cedera pada orang yang rajin berlari biasanya hanyalah alarm atas gerakan salah yang kita lakukan.
Dokter spesialis kesehatan olahraga Michael Triangto mengatakan tubuh selalu memberikan sinyal jika ada yang salah. Nyeri, luka, dan kram adalah petunjuk bahwa aktivitas yang dilakukan manusia salah. Jika sudah mendapati tanda-tanda tersebut, Anda lebih baik berhenti. Kalau tidak, cedera sudah pasti terjadi.
Berbeda dengan pegiat fitness yang kerap memakai pelatih pribadi, para pelari biasanya otodidak. Kebanyakan orang berpikir: lari adalah olahraga sederhana tanpa alat yang bisa dilakukan siapa pun, anak kecil sekalipun. Padahal, tidak selamanya begitu.
"Sebelum ikut klub, saya berlari asal saja, hingga muncul gejala awal cedera. Setelah ikut klub dan dilatih oleh pelatih profesional, saya baru tahu ada banyak kesalahan yang pernah saya lakukan di awal dulu," kata Dini Indra, seorang pelari.
Salah satu kesalahan yang kerap ia lakukan adalah berlari terus-menerus di aspal yang keras. Jalan-jalan beraspal yang banyak dipakai pelari di kota-kota besar, kata dokter spesialis kesehatan olahraga Hario Tilarso, tidak bagus untuk lari karena memiliki daya. "Itu kan ada sela pasir, sehingga lebih berongga," ujar Hario. (baca: Jenis Cidera yang Sering Dialami Pelari)
Baca Juga: