Pada medan yang keras seperti jalan beraspal, bagian tubuh yang paling menderita adalah persendian, terutama lutut. Hario mengatakan berlari sama saja dengan memberi beban lutut dan engkel lima hingga delapan kaki berat badan. Jadi, orang dengan tubuh seberat 80 kilogram, sekali menapakkan kaki, dia menjatuhkan bobot hingga 400 kilogram untuk lututnya. Adapun saat berjalan, maksimal beban yang ditanggung lutut dua kali berat badan.
Menurut situs Runnersworld.com, sekitar 40 persen pelari pernah mengalami cedera lutut. Dalam jajak pendapat yang mereka lakukan terhadap 4.500 pelari di seluruh dunia, tahun lalu ada 13 persen pelari yang terkena cedera lutut yang disebut patellofemoral pain syndrome (PFPS). Patella adalah tempurung dengkul.
Berlari di tempat yang empuk bisa mengurangi kejut pada saat kaki menapak. Tapi, tidak selamanya penyebab nyeri di lutut adalah tempat berlari yang keras. Lari jarak jauh, duduk yang terlalu lama, mendaki gunung atau naik tangga, pun bisa mengundang nyeri lutut.
"Siapa pun yang menempatkan beban terlalu berat di lutut dapat terkena PFPS," kata Bryan Heiderscheit, Ph.D., Direktur Runners' Clinic di University of Wisconsin, Amerika Serikat.
Jika sudah terkena nyeri lutut semacam ini, mau tak mau kita harus beristirahat selama beberapa hari dan mengurangi jarak berlari kita. Larilah dua hari sekali dan sejauh tidak merasakan nyeri. (baca: Awas, Lari Rentan Bikin Cidera)
DIANING SARI | QARIS TAJUDIN
Terpopuler:
Ketika Geger Melanda Acara Puncak JFW 2015
Kopi Kolombia, Pilihan Menu Baru Minum Kopi
Begini Cara Terapi Target untuk Kanker Bekerja
Desember, Uji Klinis Terapi Ebola Pertama
Bogor Organic Fair Akan Digelar di Sempur