TEMPO.CO, Jakarta - Hasil riset consumer polling Fonterra pada 2013, di Indonesia, ditemukan fakta bahwa masyarakat Indonesia, khususnya yang hidup di perkotaan, memiliki gaya hidup sedentari atau tidak aktif atau duduk terus menerus, yaitu rata-rata 7 jam/hari kerja dan 5 jam/hari pada akhir pekan. Terlebih lagi, saat ini rata-rata konsumsi susu Indonesia baru mencapai 11,09 liter per kapita per tahun, atau cukup rendah bila dibandingkan dengan konsumsi susu Singapura yang mencapai 51 liter.
“Dari hasil riset dan data tersebut terlihat bahwa semakin banyak orang Indonesia yang menjalani gaya hidup tidak aktif dan kurang konsumsi susu. Gaya hidup seperti ini dapat berpotensi memicu berbagai penyakit, termasuk osteoporosis. Oleh karenanya, ajakan untuk meninggalkan gaya hidup tidak aktif dan berubah menuju gaya hidup aktif serta mengkonsumsi susu berkalsium tinggi melalui kampanye “Waktunya Bergerak Sekarang” menjadi sangat penting,” kata Paul Richards - Presiden Direktur Fonterra Brands Indonesia.
Dr. Nicolaas Budhiparama, SpOT-K – Ketua Perosi mengatakan, usia 5 hingga 35 tahun kepadatan tulang seseorang meningkat dan menurun pada usia 35 tahun ke atas. “Bukan hanya lewat minum susu, tapi kalsium bisa didapat dari sayuran seperti broccoli, kerang, keju dan lainnya,” kata Nicolaas.
Menurutnya, osteoporosis itu merupakan silent disease yang tidak ada gejala sama sekali, tahu-tahu tulang patah. “Setelah terjadi patah tulang pemasangan pen juga sulit karena sering lepas. Sebanyak 30 persen rata-rata tidak tertangani dengan baik. Makanya, diupayakan pencegahan osteoporosis,” katanya.
Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan penurunan massa tulang, dimana tulang menjadi tipis, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang, yang merupakan penyebab fatal kelumpuhan dan kematian.
Patah tulang pada osteoporosis dapat dicegah, salah satunya melalui pemenuhan asupan kalsium dan melakukan aktivitas fisik sejak dini. Pencegahan osteoporosis dapat dilakukan melalui aktifitas fisik/latihan fisik dengan pembebanan, paparan sinar matahari (vitamin D) serta gizi seimbang dengan kalsium dosis tinggi.
Kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh adalah 1000 mg untuk usia 19 – 50 tahun, dan 1200mg untuk usia diatas 50 tahun. Konsumsi susu kalsium tinggi dapat membantu mengurangi risiko osteoporosis.
Fonterra Brands Indonesia melakukan riset mengenai manfaat susu kalsium tinggi pada pria dan wanita Indonesia kelompok usia 35-55 tahun. Riset dilakukan bekerjasama dengan Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MSc. MS. Sp.GK (President Elect PEROSI)dari Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, pada 2012-2013.(Baca : Pria Juga Diminta Waspadai Osteoporosis)
Hasilnya menyatakan konsumsi susu tinggi kalsium dua kali per hari dapat menurunkan tingkat pengambilan kalsium dari tulang (resorpsi) dan membantu mempertahankan kalsium tulang.
Hasil riset ini memperkuat hasil riset serupa yang dirilis tahun lalu pada wanita pra menopause oleh Massey University, St. Thomas Hospital – UK, dan Fonterra Brands Ltd dan juga pada wanita pasca menopause oleh Massey University, Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM dan Fonterra Brands Ltd, yang menunjukkan bahwa konsumsi susu yang diperkaya kalsium dan vitamin D selama 2 minggu dapat menurunkan kadar plasma C-telepeptide of type 1 collagen (CTX) yang merupakan penanda pelepasan mineral (kalsium) tulang sehingga menurunkan risiko terkena osteoporosis.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Menyusui Turunkan Risiko Depresi
Agar Anak Tidak Terlambat Bangun Tidur
Jakcloth 2014 Ajak Pengunjung 'Menari'
Wanita Sering Keluhkan Ukuran Bra, Ini Penyebabnya