TEMPO.CO, Jakarta: Dibalik ketidaksempurnaan selalu ada hal menarik dan positif untuk melakukan sebuah kegiatan. Pada Ahad, 7 Desember 2014, di Bundaran Hotel Indonesia berlangsung sebuah kegiatan menarik. Yaitu 130 tunanetra mengajak 400 nontunanetra beraktivitas tanpa melihat. Kegiatan ini untuk memperingati Hari Disabilitas Nasional pada 3 Desember dan Hari Relawan Internasional pada 5 Desember. (Baca: Penyandang Cacat Masih Dianggap Beban)
Adalah Fellowship of Netra Community (FENCY) yang mengadakan kegiatan dengan teman, "Sunday Morning Gathering (SMG) Walk Hope untuk memperingati kedua hari penting tersebut," kata Tarini, ketua pelaksana SMG.
Tarini menjelaskan Sunday Morning Gathering merupakan kegiatan jalan sehat bersama komunitas tunanetra dan nontunanetra sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan perhatian kepada teman-teman tunanetra.
“Umumnya, saat teman-teman tunanetra ingin menggunakan fasilitas publik, menyeberang jalan misalnya, mereka yang harus terlebih dahulu memanggil atau meminta pertolongan orang-orang di sekitarnya. Nah, tujuan kami adalah agar masyarakat lebih tanggap dengan sekelilingnya, apabila ada tunanetra yang perlu dibantu dapat langsung bereaksi,” kata Tarini. (Baca: Akses dan Fasilitas Umum Kaum Difabel Terbatas)
Pada SMG kali ini, kata Tarini, menyajikan konsep reverse experience, di mana relawan tunanetra akan menuntun relawan nontunanetra yang matanya ditutup untuk berjalan sepanjang jalur car free day agar dapat merasakan secara langsung apa yang selama ini dialami oleh teman-teman tunanetra.
“Ada 130 relawan tunanetra yang bergabung pada acara hari ini, bersama 400 relawan nontunanetra lainnya, mereka akan menyusuri jalur CFD dengan garis start di depan Hotel Grand Hyatt dan finis di Gerbang Barat Daya Monas,” kata dia sambil menerangkan reverse experience adalah relawan tunanetra menuntun relawan nontunanetra yang matanya ditutup untuk berjalan sepanjang jalur car free day.
"Supaya bisa merasakan secara langsung apa yang selama ini dialami oleh teman-teman tunanetra," kata Traini. Ia juga menyebutkan dalam acara ini anggotanya terdiri dari para tunanetra yang menjalankan wirausaha dan berpartisipasi menggelar produk dari berbagai usaha. Seperti wirausaha bir pletok, es krim yogurt, dan susu kacang kedelai, serta para tunanetra yang memiliki keahlian pijat refleksi turut meramaikan kegiatan ini. (Baca: Mufidah JK: Negara Melindungi Kaum Difabel)
"Dalam setiap kegiatan yang kami kerjakan, selalu berupaya melibatkan lebih banyak pihak. Termasuk tokoh masyarakat serta jajaran pemerintah DKI Jakarta supaya berdampak lebih luas," kata Tarini yang di kegiatan ini berhasil menjalin kerja sama dengan banyak pihak.
FENCY merupakan sebuah komunitas sosial yang fokus pada penyandang tunanetra dan saat ini menjadi mitra kerja Yayasan Mitra Netra untuk membantu menyediaan buku-buku braille dan sebagai jembatan teman-teman tunanetra untuk melakukan kegiatan perjalanan (trip), seperti penaklukan puncak Gunung Papandayan, arung jeram, dan aktivitas menonton bersama. (Baca: Kaum Difabel Berpotensi Kreatif dan Prestasi)
HADRIANI P.
Terpopuler
Olga Lydia Tak Setuju Pengurangan Jam Kerja Perempuan
Alena Bantu Wujudkan Mimpi Anak Indonesia
Christine Dukung Pengurangan Jam Kerja, Asal...
Konsumsi Ikan Turunkan Risiko Tuli
Gaya Romantis Sambut Natal 2014