TEMPO.CO , Jakarta:Toko berukuran 6 x 6 meter di lantai 3 Lot L Central Park Mall, Jakarta Barat, itu penuh dengan susunan kardus mainan. Nama toko itu Peter and Partner. Meskipun sekilas mirip nama sebuah firma hukum, toko itu adalah toko mainan yang menjual berbagai macam replika dan miniatur peralatan militer, yang dikenal sebagai military model kit. (Baca: Google Beli Perusahaan Pembuat Robot Militer)
“Miniatur ini muncul karena adanya antusiasme terhadap militer. Sebab, militer dianggap sebagai hal yang istimewa dan tidak semua orang bisa menjangkaunya, bahkan hanya untuk melihatnya,” ujar Peter Nur Asan, pemilik Peter and Partner, saat diwawancara di Jakarta, Selasa, 25 November 2014.
Mainan ini muncul ketika dunia industri mulai membuat prototipe alat yang ada hubungannya dengan dunia militer. Awalnya mereka membuatnya dengan bahan asli, tapi pada perkembangan berikutnya, alat-alat itu dibuat dari plastik dengan skala yang diperkecil dari bentuk aslinya. Namun, tak seperti miniatur biasa, model militer ini dijual dalam bentuk bagian-bagian yang masih terpisah, sehingga pemiliknya harus merakit dulu untuk membuatnya jadi miniatur yang utuh. (Baca: Robot Ini Bisa Melompat dan Memanjat)
Para penggemar miniatur peralatan militer ini biasanya juga menyukai rincian dari suatu kendaraan atau senjata militer, karena mampu memenuhi keingintahuan mereka terhadap keadaan alat atau suasana perang sebenarnya. Misalnya alat dan kendaraan perang pada Perang Dunia II, yang serinya banyak dikeluarkan oleh Academy Plastic Model, pabrik mainan plastik Korea. Bagi penyuka sejarah, model militer ini dapat digunakan sebagai penyusun diorama untuk menggambarkan suatu keadaan perang bersejarah, yang umumnya hanya tersedia dalam gambar atau foto dua dimensi di buku-buku sejarah.
“Banyak kapal atau kendaraan perang yang ada di literatur sejarah namun sudah tidak ada lagi bentuk aslinya seperti apa saat ini alias punah. Misalnya kapal perang Jepang, Yamato, yang tenggelam,” ujar Steven Loekito, 35 tahun, kolektor model militer, saat diwawancara melalui sambungan telepon. Menurut Steven, dengan mengoleksi model militer yang memiliki subyek tertentu, kolektor dapat mengetahui secara rinci alat atau kendaraan militer tersebut. (Baca: Robot Ini Bisa Melompat dan Memanjat)
Biasanya seorang penggemar atau kolektor berangkat dari satu jenis koleksi model militer, lalu mereka mencari benda sejenis sebagai barang koleksinya. Steven, misalnya, memiliki miniatur kapal Yamato dan Akagi, kapal perang Jepang lainnya. Hingga saat ini, koleksi kapal Steven sudah mencapai ratusan unit.
Kesukaan pada tema, menurut Peter, menjadi salah satu daya tarik kolektor membeli mainan di tokonya. Biasanya tema ini menjadi tren di kalangan kolektor pada masa tertentu. Popularitas tema ini juga sangat bergantung pada popularitas benda aslinya. (Baca: Militer AS Ciptakan Robot Sepintar MacGyver)
Misalnya tank gun (senjata tank) berjenis M1A2 Abrams 120 mm yang digunakan dalam operasi militer Amerika Serikat dalam Perang Irak. Di dunia maya, miniatur senjata seharga US$ 42 atau sekitar Rp 500 ribu itu menjadi salah satu model militer yang banyak dicari. Model lain yang populer pada tank M1A2 SEP Abrams Tusk II, yang harganya hampir Rp 800 ribu.
Menurut Steven, harga kedua model itu masih tergolong murah. Sebab, ada beberapa model lainnya yang lebih mahal. “Misalnya, kapal Yamato saya ini, harganya bisa mencapai Rp 3 juta,” kata Steven, yang sudah mengkoleksi model militer selama 15 tahun.
Harga kapal Yamato ini lebih mahal karena ukurannya lebih besar dibanding model lainnya, yaitu 50-60 sentimeter, untuk skala 1 : 350. Selain itu, model kapal ini diproduksi Tamiya, produsen mainan Jepang, melalui riset sejarah yang telaten untuk menghasilkan sebuah model yang rinci dan akurat. (Baca: Film Pacific Rim, Misi Humanis Penyelamatan Dunia)
CHETA NILAWATY | HP