TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pedofilia tak memiliki ciri-ciri yang menonjol, bahkan terkadang seorang pedofil dapat diterima dengan baik lantaran terlihat sangat sayang dengan anak kecil.
Ahli psikologi dari Universitas Gadjah Mada, Koentjoro, menyatakan seorang pedofilia akan sangat aktif terlibat dalam segala kegiatan lingkungan terutama yang melibatkan anak-anak.
"Oleh sebab itu, harus orangtua sendiri yang aktif memonitor anak-anaknya sendiri. Terutama apabila ada perubahan sikap pada anak," kata Koentjoro, Senin, 15 Desember 2014.
Ia membagi pedofilia menjadi dua jenis berdasarkan kecenderungan seksualitasnya. Yakni, pedofilia homoseksual dan heteroseksual. "Kalau heteroseksual, ketika dia merasa butuh pelampiasan dan ada kesempatan maka anak-anak akan menjadi korban," kata dia. Berbeda dengan pedofilia homoseksual yang kebanyakan sudah mengincar korban dan melakukan 'pengintaian' sebelumnya.(Baca : Paus Fransiskus: 1 dari 50 Pastor Pedofil )
Pedofilia homoseksual kebanyakan lebih mudah dikenali ketimbang heteroseksual. "Rasa afeksi yang luar biasa terhadap anak-anak terutama yang sejenis patut menjadi perhatian," kata dia. Berbeda dengan pedofilia heteroseksual yang melampiaskan nafsu seksual, karena kebutuhan pemuasan nafsu pada saat itu.
Pedofilia homoseksual, kata Koentjoro, kebanyakan menerapkan hit and run. "Ketika dia sudah mendapat korban, dia akan pergi," kata pemilik suara berat ini. Tetapi pedofilia heteroseksual akan cenderung menguasai korban dan melakukan berulang ketika korban mudah untuk diperdaya. "Sebab pelaku tak dapat menahan nafsunya yang mudah terangsang," kata dia.
Melihat banyaknya kasus tersebut pelecehan terhadap anak di bawah umur, ia berharap para orangtua mampu lebih peka terhadap anak-anak. "Orangtua harus bisa senantiasa senyum, mendengar, empati, peka, peduli, pandai memilih kata-kata dan pandai memuji supaya lebih dekat dengan anak-anak," kata dia.
Untuk anak yang menjadi korban, ia menyarankan untuk memutus lingkungan dengan mencari lingkungan baru. "Selain terapi, pindah menjadi salah satu solusi untuk menghilangkan trauma anak-anak," kata dia.
DINI PRAMITA
Berita Terpopuler
Mi San, Bordir Kembang Setaman dari Taman Melayu
Mengintip Couch Surfing Makassar
Heboh Miss World 2014, Siapa Juaranya?
Tina Toon Berdagang Toko Online