Kami juga memesan Nonja Popiah (Rp 48 ribu). Popiah, atau spring roll, adalah gorengan khas Penang, Malaysia. Sementara biasanya disajikan dalam bentuk lonjong, kulit popiah ini dibentuk mirip buntelan. Isinya adalah cacahan turnip serta daging ayam dan udang cincang. Rasanya gurih, ditambah kulit popiah garing yang sangat renyah. Lumuran minyak wijen di atasnya memperkuat rasa masakan.
Hidangan pembuka yang serba berlemak itu segera dibasuh dengan mocktail Meik Wei Meik Wei (Rp 45 ribu). Dalam segelas Meik Wei Meik Wei, kita akan menjumpai potongan stroberi yang direndam dalam cairan minuman ringan berwarna oranye tua. Rasanya campur aduk: segar, kecut, juga manis, karena pengaruh campuran jeruk nipis dan gula merah.
Pilihan minum di sini beragam. Selain mocktail, ada juga smoothies, jus, puluhan jenis anggur dari sejumlah negara, sampanye, wiski, dan minuman beralkohol lainnya. Kami juga menjajal My Sweetheart Wong Mee-Ling (Rp 100 ribu). Cocktail berwarna cokelat ini mencampurkan Baileys, Frangelico, Sagatiba Pura, dan tiga jenis sirop, yakni hazelnut, karamel, dan vanila. Beragam materi itu tenggelam oleh rasa Baileys yang kaya krim.
Yang mesti Anda ingat jika berkunjung ke Kunstring adalah pesanlah menu utama berbarengan dengan hidangan pembuka. Sebab, proses datangnya makanan bisa lebih dari 20 menit dari waktu pemesanan. Seperti saat kami memesan Indonesische Biefstuk van Mevrouw Sonya Lee (Rp 238 ribu) dan Black Baby Squid (Rp 88 ribu).
Nama steak ini memang Indonesia, tapi daging tenderloin yang digunakan justru berasal dari Australia. Kami memesan tingkat kematangannya medium agar daging masih agak basah. Yang unik adalah saus steak yang berbahan dasar kacang dan kecap, sehingga aroma dan rasanya jadi mirip bumbu sate. Inilah yang membuat Indonesische Biefstuk jadi terasa Indonesia.
Baby Black Squid justru memberi kejutan. Presentasinya dalam mangkuk sungguh muram, karena yang sekilas tertangkap mata cuma genangan warna hitam pekat. Tapi rasanya justru terbaik di antara menu yang kami pesan malam itu. Baby Black Squid diolah dengan “tinta hitam” si cumi-cumi dicampur santan kental yang masih terasa kesegarannya.
Sepotong daging cumi-cumi cukup besar ukurannya, sehingga saya harus memotongnya menjadi dua-tiga bagian. Namun, kendati dagingnya kenyal, Anda tak bakal susah menyobeknya. Kuahnya gurih dan tidak terlalu asin. Buat Anda yang tak doyan pedas, wajib teliti karena ada potongan cabai hijau gendut di tengah kuah.
Kian malam Kunstkring kian ramai. Kami pun harus menunggu lama sampai hidangan penutup yang kami pesan, Pear in Wine Sauce—menu spesial Natal bulan ini—sampai di meja. Menu ini terdiri atas dua potongan pir berwarna cokelat tua. Pantas saja, karena pir berukuran sedang itu dimasak dengan lelehan karamel, yang memudarkan rasa kecut buah tersebut.
Sebagai kondimen atau pelengkapnya adalah es krim vanila dan guyuran saus anggur. Perpaduan ini lumayan asyik, karena membenturkan pir berkaramel yang masih hangat dengan es krim yang beku.
ISMA SAVITRI | EF
Berita Terpopuler
Eksplorasi Go Internasional Ardistia New York
Hari Ibu,Amy Atmanto: Muliakan Ibu Bawa Keberkahan
Kimmy Jayanti Percaya Berkat Tuhan
5 Cara Agar Anak Tidur dengan Nyaman