TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah kabar baik. Ada harapan baru menangani penderita kanker ovarium, termasuk untuk yang stadium lanjut. "Lewat terapi target," kata dokter Andrijono.
Guru besar Universitas Indonesia ini menjelaskan perawatan dasar terapi ini adalah pembedahan atau operasi yang juga merupakan perawatan dasar untuk kanker. Kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi, radioterapi, terapi hormon, atau terapi target. "Tergantung stadium dan anak sebar kanker," ujar pakar onkologi ini pada pertengahan Januari lalu.
Baca Juga:
Terapi target, Andrijono menerangkan, merupakan primadona baru dalam pengobatan kanker. Pasalnya, terapi hanya menyasar sel yang sakit. "Berbeda dengan kemoterapi," katanya.
Obat terapi target, bevacizumab, telah mendapat persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan per Oktober lalu. Terapi ini bersifat anti-angiogenesis. Artinya, bisa menghentikan proses pembentukan pembuluh darah baru oleh sel kanker. Caranya dengan menyerang Vascular Endothelial Growth Factor, bagian sel yang berfungsi meningkatkan fungsi penyebaran, perpindahan, dan ketahanan hidup sel kanker.
Tapi ini bukan berarti, ketika sudah diberi obat, terapi target sel kanker akan hilang. "Tidak menjamin juga," ujar pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu. Pasien tetap harus rajin kontrol setelah menjalani terapi yang tarifnya mencapai Rp 20 juta untuk sekali penanganan tersebut. Pemeriksaan ini bertujuan memonitor dan memastikan sel ganas itu tidak muncul lagi pada indung telur pasien.
DIANING SARI