TEMPO.CO, Jakarta - Hasil penelitian yang dilakukan Lunch Actually yang disampaikan pada Minggu, 22 Februari 2015, juga mengungkapkan fakta perilaku mencari jodoh melalui penggunaan aplikasi online dating. Menurut Violet Lim yang memaparkan hasil penelitian, sekitar 49,09 persen pria dan 32,72 persen wanita menggunakan aplikasi online dating untuk mencari pasangan.
CEO biro jodoh yang beranggotakan ribuan orang dari Kuala Lumpur, Hong Kong, Penang, Singapura, dan masuk ke Indonesia pada 2 Oktober tahun lalu ini menjelaskan, berdasarkan komposisi umur, pria 21-30 tahun lebih banyak menggunakan aplikasi kencan online dibanding pria di atas 31 tahun.
"Sedangkan pada wanita usia 26-35 mayoritas menggunakan online dating. Hal ini memang wajar mengingat wanita pada usia tersebut sudah mulai merasakan kecemasan psikologis saat belum menemukan jodoh," katanya.
Violet juga menuturkan, meski tren menggunakan aplikasi jodoh terus tumbuh, mayoritas responden tetap memilih cara konvensional dalam mencari pasangan hidupnya. Violet menjelaskan saat ini jasa biro jodoh profesional tetap menjadi pilihan utama. “Salah satu alasan mereka menilai cocok-tidaknya calon pasangan haruslah dilihat langsung secara fisik, yaitu sekitar 18,57 persen.”
Kemudian yang menjawab tidak yakin terhadap profil dan kualitas seseorang jika mengandalkan aplikasi saja mencapai 37,4 persen. Violet meyakini para respondennya ini merupakan seseorang yang menginginkan pasangan hidup menuju pernikahan.
"Hanya, sayangnya mereka ragu apakah bisa menemukan jodohnya. Pada data yang kami miliki, wanita lebih banyak memiliki keraguan akan hal ini sekitar 43,90 persen, dibanding pria yang hanya 39,72 persen," katanya.
Violet menilai hal ini terjadi karena secara psikologis wanita yang ragu tersebut menganggap mereka tidak seagresif wanita lain dalam mengejar jodoh. Di samping itu, muncul keraguan saat mereka memiliki standar yang tinggi dalam memilih calon suami. "Dan, pada ahirnya justru terjebak jadi bumerang negatif, yaitu tidak ada pria yang memenuhi standar tersebut," ujarnya.
HADRIANI P.