TEMPO.CO, Jakarta - Makanan cepat saji atau fast food atau akrab disebut junk food ternyata bermanfaat bagi kesehatan jika dikonsumsi dalam waktu tertentu, terutama selepas berolahraga. Studi University of Montana, Amerika Serikat, menyebutkan fast food mampu meningkatkan glikogen, zat yang berada pada otot yang berfungsi sebagai "bahan bakar".
"Peningkatan glikogen tidak harus dipicu dengan makanan yang bernutrisi khusus," ujar peneliti Unversity of Montana dalam laporannya sebagaimana dilansir laman harian Daily Mail, Jumat, 3 April 2015. Studi yang hasilnya dimuat International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism ini awalnya meminta sebelas atlet untuk berpuasa selama 12 jam.
Setelah itu, enam orang diberi kue mangkuk, cokelat, dan jus jeruk sebagai makanan pembuka. Dua jam kemudian, mereka diminta memakan kentang goreng, burger, dan minuman bersoda. Sedangkan lima atlet lain diminta memakan Clif Shot Bloks (merek makanan pemulih energi) yang dicampur dengan krim kacang organik dan Gatorade sebagai penganan.
Dua jam kemudian, mereka diminta memakan makanan khas atlet, seperti Cytomax dan PowerBar. Semua makanan yang dikonsumsi masing-masing kelompok mempunyai kadar kalori, protein, dan karbohidrat yang sama, meski fast food berkadar sodium dan lemak lebih banyak. Dua jam setelah makan kedua, semua peserta diminta berlari sejauh 20 kilometer dalam treadmill secepat mereka bisa.
Setelah para atlet tersebut melakukan olahraga itu, peneliti mengambil sampel darah dan keringat mereka. Seminggu setelahnya, semua peserta diminta kembali dan bertukar program. Penikmat fast food diminta berganti menjadi pengkonsumsi makanan atlet, begitu pula sebaliknya. Pun, setelah makan, para atlet diminta melakukan olahraga yang sama.
Baca Juga:
Setelah tes dilakukan, peneliti melihat hasil yang justru terbalik. Pemakan makanan cepat saji mempunyai kadar glikogen tinggi. Selain itu, tak ada penambahan insulin, glukosa, atau kolestrol pada atlet pemakan fast food. Dalam jurnalnya, peneliti mengingatkan bahwa studi ini hanya melihat efek jangka pendek. Mereka mengimbau konsumen berhati-hati pada dampakjunk food dalam jangka panjang.
ROBBY IRFANY | DAILY MAIL