TEMPO.CO, Jakarta — Label busana muslim premium Nur Zahra akhirnya membuka butik pertamanya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Nur Zahra merupakan label busana muslim perdana asal Indonesia yang sukses mengguncang Mercedes-Benz Tokyo Fashion Week tahun lalu. Nur Zahra juga menjadi label pertama asal Indonesia yang menjadi sampul tabloid mode prestisius, Woman's Wear Daily.
“Dengan membuka gerai ini kami bisa menjawab banyak permintaan masyarakat,” ujar desainer Nur Zahra, Windri Widhiesta Dhari, kepada Tempo saat ditemui di Colony, Kemang, Sabtu, 23 Mei 2015. Butik itu ramai dikunjungi para pencinta mode pada hari pembukaannya. Dari Pemimpin Redaksi Majalah Grazia Tenik Hartono hingga kolumnis mode, Lynda Ibrahim, semuanya berburu produk Nur Zahra. Musababnya, pada hari pembukaan itu mereka bisa mendapatkan potongan harga sebesar 25 persen.
Sebelumnya, Nur Zahra memang hanya bisa diperoleh di beberapa department store. Jumlahnya pun sangat terbatas, mengingat produksi mereka merupakan batik indigo dengan teknik tie-dye alias ikat dan celup dengan pewarna alami. Setelah menjalankan teknik itu, Nur Zahra melakukan teknik batik lain pada selendang-selendang miliknya.
Teknik yang dilakukan antara lain menitikkan isen-isen batik berupa motif cecek, atau titik-titik kecil, pada batik indigo tadi. “Itu sebabnya motifnya bisa beragam dan one of a kind,” kata Lynda Ibrahim.
Windri sendiri mengatakan masing-masing produknya tidak diproduksi secara massal. Setiap motif biasanya hanya diproduksi dua potong. Itu sebabnya harganya mencapai jutaan rupiah, meskipun tetap laris manis.
SUBKHAN