BISNIS.COM, Jakarta - Pemakaian lensa kontak meningkatkan risiko infeksi pada mata. Demikian hasil penelitian para ahli dari New York University Langone Medical Centre di New York City yang dipimpin Dr Maria Gloria Dominguez-Bello.
Dilansir News.com.au, Senin, 1 Juni 2015, penelitian para ahli itu menjelaskan penyebab pemakai lensa kontak lebih rentan terhadap infeksi mata dibanding mereka yang tak menggunakan lensa kontak. Infeksi terjadi karena lensa mentransfer kuman dari kulit mata, sehingga mengganggu ekosistem bakteri dan memicu infeksi serta peradangan.
"Penelitian kami jelas menunjukkan bahwa menempatkan benda asing, seperti lensa kontak, pada mata bukanlah tindakan netral," kata Maria Gloria Dominguez-Bello.
Dominguez-Bello menambahkan, temuan ini akan membantu para ilmuwan lebih memahami masalah lama tentang mengapa pemakai lensa kontak lebih rentan terhadap infeksi mata daripada non-pemakai.
Para peneliti mengambil ratusan penyeka dari berbagai bagian mata dengan responden sembilan pemakai lensa kontak dan sebelas peserta yang tidak memakai lensa kontak.
Mereka menemukan pada kedua kelompok, di permukaan mata (konjungtiva), ada beragam bakteri dari kulit, tepatnya di bawah mata. Tiga tipe kuman (bakteri) yang ditemukan yakni methylobacterium, lactobacillus, acinetobacter, dan pseudomonas--iidentifikasi pada bola mata dari pemakai lensa kontak.
Ekosistem mikroba yang banyak pada pemakai lensa kontak itu ternyata berasal dari kulit dari mata.
"Percobaan selanjutnya adalah kami akan menunjukkan apakah perubahan mikroba pada pemakai lensa adalah karena jari menyentuh mata, atau dari tekanan langsung lensa yang memengaruhi, dan mengubah sistem kekebalan tubuh di mata, " kata Dominguez-Bello.
Penemuan ini dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American Society for Microbiology di New Orleans. Ditemukan 5.245 strain dan subtipe bakteri berbeda pada mata pemakai lensa dan 5.592 strain di mata yang tak memakai lensa kontak.
Anehnya, penelitian menunjukkan bahwa bakteri staphylococcus--terkait dengan infeksi mata dan lebih menonjol pada kulit--ditemukan di mata responden yang tak memakai lensa kontak. Para ilmuwan belum bisa memberi penjelasan atas hasil ini.