TEMPO.CO, Ternate - Jumlah pengunjung pasar bongkahan batu akik di Ternate, Maluku Utara, terlihat mulai menurun. Bahkan sejumlah pedagang batu akik memilih tak lagi berjualan.
Menurut Syamsudin, pedagang batu akik di Pasar Batu di Lapangan Ngaralamo, Salero, Ternate Utara, Maluku Utara, omzet batu akik telah anjlok lebih dari 50 persen. Biasanya omzet yang ia dapatkan minimal Rp 5 juta, tapi kini paling besar hanya Rp 2 juta.
"Para pedagang sudah mulai tak jualan batu," katanya, Selasa, 15 Desember 2015. Bunyi raungan mesin asah pun sudah tak terdengar. Parkir kendaraan yang biasanya penuh, kini sepi. Hanya beberapa lapak yang masih berjualan bongkahan batu.
Ikram Sangaji, pedagang batu akik di Kelurahan Gambesi, Ternate, mengatakan mereka yang masih berdagang hanya menjual batu bacan dan obi. Jenis batu tersebut masih banyak dicari orang. Hal ini karena banyak kolektor sudah mengakui kandungan chrysocolla casadony dalam batu jenis tersebut.
Ikram mengatakan baru menjual bacan seharga Rp 13 juta beberapa hari lalu. "Jadi penurunan batu akik ini, menurut saya, hanya terjadi pada batu tertentu saja. Dan di Ternate, untuk permintaan batu bacan dan obi, justru masih tinggi,” katanya.
Menurut Ikram, meski tren batu akik mengalami penurunan, jumlah perajin batu akik di Maluku Utara justru meningkat. Sejumlah daerah di Maluku Utara bahkan sudah memiliki kelompok asah mandiri yang bisa memproduksi batu akik berkualitas tinggi. “Saya percaya tren batu akik tidak akan mati. Apalagi batu bacan dan obi dikategorikan batu permata,” ujarnya.
BUDHY NURGIANTO