TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme bekerja sama dengan Ikatan Alumni Pascasarjana Universitas Indonesia menerbitkan buku berjudul Islam dan Terorisme: antara Imajinasi dan Kenyataan di Gedung Pascasarjana UI, Salemba, Jakarta, Selasa, 29 September 2015.
Kriminolog Universitas Indonesia, Larasati Simatupang, mengatakan buku ini merupakan bunga rampai yang menggambarkan Islam dan teroris dari berbagai latar belakang kajian.
Ada 10 penulis yang menyumbangkan pemikirannya dalam bentuk esai. Di antaranya, Direktur Konvensi dan Perangkat Internasional BNPT Brigadir Jenderal TNI Marinir Prang Verry Kunto Guratno dan Sekretaris Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri Damos Dumoli Agusman.
Para penulis juga terdiri dari akademisi, seperti Firman Maulana Noor, Ahmad Jum'a Khatib Nur Ali, Alfon Satria Harbi, dan Kholidah Tamami.
"Kami berusaha memberi pandangan dan perspektif terkait terorisme. Tidak hanya untuk akademisi tapi juga untuk khalayak, baik pekerja, ibu rumah tangga, dan buruh," kata Larasati dalam acara bedah buku ini.
Buku ini memuat sembilan bab. Antara lain bab pertama tentang Islam dan dinamika sosial keagamaan di Indonesia. Juga bab yang memberi solusi pencegahan terorisme. Lalu, ada pula bab yang mencoba menggambarkan Islam di negara lain, seperti di Timur Tengah, Amerika, dan Eropa.
"Kami ingin menggambarkan betapa indahnya Islam di luar negeri sana," kata Larasati.
Di Amerika, menurut dia, Islam sangat multicultural, termasuk bangsa dan ras. "Dan mereka hidup damai-damai saja," ujarnya.
Larasati menjelaskan, di negara Eropa yang juga multikultural, meski kadang terjadi gesekan, namun tidak mencuat karena dapat diredam. "Karena mereka (warga Eropa) saling menghargai satu sama lain antaragama."
Direktur Deradikalisasi BNPT, Irfan Idris, mengatakan buku ini bisa menjawab kegelisahan masyarakat yang tidak tahu-menahu tentang terorisme. ]
"Memang kenyataannya, kelompok-kelompok teroris radikal itu menyamakan antara mati syahid, jihad, dan terorisme," ucap Irfan.
Padahal, menurut Irfan, Islam dan agama yang lain, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan terorisme. "Hanya saja, kebetulan teroris di Indonesia adalah Islam," katanya.
Irfan menambahkan, ada empat jenis counter radikalisasi atau deradikalisasi untuk menangani dan mencegah terorisme, yakni counter terhadap radikalisasi, counter terhadap ideologi, narasi, dan propaganda.
"Buku ini adalah bentuk dari counter narasi," ujar Irfan. "Jangan orang-orang dan kelompok teroris saja yang lebih banyak menulis dan dibaca generasi kita melalui Internet."
REZKI ALVIONITASARI
Baca juga:
Kisah Salim Kancil Disetrum, Tak Juga Tewas: Inilah 3 Keanehan
Kisah Macan Podium Gerwani PKI yang Lupa Bulan September