TEMPO.CO, Jakarta - Bagi perempuan seperti Dewi Prinawati dan Gusti Warni, kilau emas dan tas buatan Italia tidak seberharga teddy bear.
Prina, 40 tahun, harus memboyong keluarganya pindah rumah demi ruang yang lebih lapang untuk koleksi teddy bear-nya. Dia kini menempati griya 200 meter di Legenda Wisata, Cileungsi, Bogor. Lebih luas hampir dua kali lipat dari wisma yang dia tinggalkan enam tahun lalu. Tapi rumah itu pun kian sesak oleh teddy bear. Lantai dua praktis jadi wilayah kekuasaan mereka. “Masak mau pindah lagi?” ujar ibu satu anak itu seperti ditulis Koran Tempo Minggu, 4 Oktober 2015.
Beruang teddy menjadi separuh napas Prina sejak 22 tahun lalu. Saat itu, seorang temannya di sekolah menengah atas menghadiahinya boneka beruang dengan wajah imut. Besarnya 20 inci—sekitar 50 sentimeter. Prina, yang sebelumnya tidak suka boneka, langsung jatuh hati. Dia gendong si teddy ke mana-mana. Saat tidur, boneka itu selalu ada di pelukannya. “Perasaan jadi nyaman,” ujar Prina. “Melihatnya saja sudah bikin senang.”
Prina makin girang saat Achmad Drajat, pacar yang kini jadi suaminya, menghadiahinya teddy bear hampir saban kencan. Sejak itu, beruang teddy masuk daftar belanjaan wajibnya. Ke mana pun dia pergi—juga saat kerabatnya melancong dan menawarkan oleh-oleh—pasti beli beruang imut itu. Mulai gerai Starbucks di Kemang, Jakarta Selatan, sampai museum The Beatles di Liverpool.
Kini, 200-an teddy bear bertakhta di rumahnya. Besarnya berkisar 5–48 inci. Porsi terbesar koleksi Prina berasal dari Teddy House, produsen asal Thailand yang memiliki 12 toko di Indonesia. “Saya punya semua jenis dan ukuran yang mereka jual, sekitar 100 varian,” kata dia. Harganya mulai Rp 200 ribuan untuk ukuran 12 inci, belum termasuk pakaian dan aksesorinya.
Baca juga:
Boneka yang paling dia sayang adalah teddy bear 21 inci edisi terbatas keluaran Teddy House tahun lalu. Berbalut gaun berenda jahitan tangan, bulunya halus seperti kucing. Warnanya tak lazim, keunguan, sehingga Prina menamainya Violet. “Banyak teman yang takut melihatnya, tapi saya suka sekali,” ujar dia. Namun, Prina tipe pemilik boneka yang tidak pilih kasih. Saban malam, dia menggilir teddy bear yang jadi pendampingnya. “Supaya adil.”
Gusti Warni, 40 tahun, juga keranjingan kehangatan teddy bear sejak tujuh tahun lalu. “Mungkin karena saya waktu kecil tidak punya mainan,” ujar ibu tiga anak ini. Di rumahnya, terbentang empat lemari pajangan, yang membuatnya terlihat seperti toko mainan. Di antara 170-an koleksinya, terdapat tiga teddy bear Steiff. Produsen dari Jerman ini merupakan produsen awal, yang membuat boneka beruang sejak 1903. Di negara asalnya, boneka 12 inci-nya dilego lebih dari Rp 1 juta. Koleksi lawas mereka laku sampai puluhan juta rupiah.
Gusti, 40 tahun, kerap sampai menggadaikan emas untuk mendapatkan boneka idamannya. “Orang bilang saya gila, tapi saya malah pengen nambah terus,” kata ibu rumah tangga di Pondok Kopi, Jakarta Timur, ini.
REZA MAULANA