TEMPO.CO, Jakarta -Mendengar nama kanker payudara membuat sebagian orang bergidik. Mereka merasa lumpuh dan dunia runtuh. Namun pada dasarnya kanker payudara bukan momok menakutkan yang dapat diatasi secara optimal.
Fakta lain dari penderita kanker payudara ini adalah tidak sedikit pasien yang berhasil melewati tahap keterpurukan mental . Ajakan untuk tetap kuat dan tabah menghadapi keterpurukan mental akibat menderita kanker payudara kini difasilitasi oleh beberapa rumah sakit yang menyediakan pelayanan penanganan pasien kanker. Kemudian dilengkapi dengan sejumlah jaminan sosial memberikan kemudahan perawatan.
Demikian point yang disampiakan dalam diskusi internal berjudul " Pancarkan Inner Beauty-mu Sekarang" yang berlangsung pada pekan lalu di Rumah sakit Siloam Semanggi, Sudirman, Jakarta Pusat.
Diskusi ini membahas tentang perawatan komperhensif untuk mengubah cara pandang penderita kanker payudara, terutama mereka yang sudah menjalani proses operasi.
Menurut, pembicara seminar ini, dokter Samuel J Haryono SpB (K) Onk menerangkan penanganan pasien kanker payudara selalu ada temuan baru yang mengikuti aspek biologis maupun varian alami yang memicu munculnya masalah kesehatan wanita.
"Kalau diartikan banyak wanita yang tak siap saat divonis menderita kanker payudara. Harus menjalani kemoterapi hingga operasi belum lagi keterpurukan mental dan juga masalah medis. Saya mengajak untuk penderita kanker payudara menerapkan konsep inner beauty," ungkap panjang Samuel.
Dokter berkacamata ini lalu menuturkan kisah ibunya yang sempat divonis kanker lambung dan memiliki kekuatan energi positif menghadapi penyakit ini.
"Padahal ibu saya sudah divonis mengerikan, tetapi kemudian karena kami menyukai keindahan dan hal itu memotivasi untuk selalu melihat segala sesuatunya dari untur kecantikan atau beauty, terutama dari dalam diri."
Samuel mencontohkan banyak pasien kanker payudara yang hidupnya bisa lebih bersemangat dengan bersentuhan keindahan. Misalnya mereka melihat keindahan kain-kain batik, kreasi kerajinan tangan dan perhiasan, "Bahkan ketika seseorang yang tervonis kanker dan harus operasi tak sedikit justru mereka pasca operasi berdandan atau berhias diri secantik mungkin dan menyajikan energi kecantikan dari dalam diri. Ini jadi obat," kata Samuel.
Dengan upaya seperti ini banyak para penderita yang lebih bersemangat dan move on. "Dasarnya karena kecantikan dalam diri, meski ada sesuatu bagian tubuh yang hilang akibat menjalani kemoterapi atau operasi. Healling positif dalam pancaran kencantikan dalam diri yang membuat si penderita bersemangat menjalani kehidupan selanjutnya meski ia divonis kanker."
Dan terbukti kata Samuel, banyak pasien yang justru bisa bangkit dan menjalani hidup dengan lebih baik meski divonis menderita kanker payudara.
HADRIANI P.