TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum PERGIZI Pangan Indonesia Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS berpendapat, suplemen yang mengandung asam lemak omega 3 dan 6 hanya dikonsumsi bila perlu.
"Sebaiknya berkonsultasi dulu karena suplemen biasanya berdosis tinggi," kata Hardinsyah saat di acara "71 Resep Inspirasi Sarapan dan Bekal Blue Band" di Jakarta, Selasa, 10 November 2015.
Konsultasi diperlukan untuk melihat apakah ada gejala klinis sehingga orang tersebut memerlukan asupan omega 3 dan 6 melalui suplemen.
Omega 3 dan 6 antara lain berfungsi untuk menjaga kualitas jantung, otak, mata, dan tulang.
Selain itu, asam lemak tersebut penting untuk hormon estrogen misalnya membantu untuk menunda menopause.
Ia menyarankan membaca baik-baik label bila mengonsumsi suplemen ber-omega untuk melihat kandungan gizi yang ada.
Bila berdosis di bawah 500 miligram, menurut Hardinsyah masih bisa diperoleh melalui makanan ber-omega, misalnya ikan salmon, tuna, dan belut.
Ia mencontohkan 15 gram mentega ber-omega, sekitar satu sendok makan, mengandung 250 miligram omega 3 dan 6.
Bagi orang dewasa, angka tersebut sudah memenuhi sekitar 20 persen kebutuhan omega harian.
"Tambah umur, kebutuhan omega 3 juga bertambah." Omega 3 dan 6 membuat makanan lebih lama dicerna tubuh sehingga tidak cepat merasa lapar.
Produksi cadangan lemak di tubuh pun tertekan sehingga tidak lekas gemuk.
Omega 3 dan 6 dapat diperoleh baik melalui bahan makanan hewani, seperti belut, salmon, dan tuna maupun nabati antara lain kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
Menurut Hardinsyah, omega 3 dan 6 yang berasal dari makanan nabati tidak mengandung kolesterol namun memiliki omega yang lebih sedikit dari makanan hewani.
ANTARA