TEMPO.CO, Jakarta - Untuk pertama kalinya Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan Pekan Peduli Antibiotik Sedunia, yang akan dilaksanakan pada 16-22 November 2015. Melalui Kampanye Antibiotics: Handle with Care (Gunakan Antibiotik dengan Bijak) ini WHO mengajak masyarakat untuk memanfaatkan antibiotik dengan tepat.
Dewi Indriani, dokter sekaligus Penanggung Jawab Resistansi Antimikroba WHO Indonesia, mengatakan situasi resistansi antibiotik dunia sudah masuk level mengkhawatirkan. "Hal ini sudah terjadi dan mengancam seluruh negara di dunia. Bukan hanya di negara berkembang, tapi hal ini juga menjadi masalah di negara maju," katanya di Jakarta, Kamis, 12 November 2015.
Ia menerangkan, daftar infeksi yang sulit, bahkan tidak bisa, diobati semakin panjang, seperti TBC. "Bila tidak cepat beraksi, era pascaantibiotik (tidak ada lagi antibiotik yang mampu melawan infeksi bakteri) akan datang," tuturnya.
Sebelumnya, ia menjelaskan, Alexander Fleming, penemu penisilin pada 1928, telah meramalkan bahwa ada masa bakteri akan menjadi kebal dan tidak bisa dimusnahkan jika antibiotik tidak digunakan secara tepat. "Saat ini, perkataan Fleming bukanlah ramalan lagi, melainkan sudah menjadi kenyataan," ucap wanita lulusan Institute of Child Health University College of London ini.
Dewi menjelaskan, cara utama menekan percepatan kekebalan bakteri ini adalah pemanfaatan antibiotik yang bertanggung jawab, yaitu hanya untuk penyakit yang memerlukan antibiotik, sesuai dengan resep, serta dengan dosis dan waktu yang tepat.
"Memanfaatkan antibiotik setepat-tepatnya berarti memperpanjang masa ampuh obat ini," ujar Sharad Andhikary, pelaksana tugas Wakil WHO di Indonesia. Jika antibiotik tak lagi efektif, ia melanjutkan, infeksi sederhana menjadi sulit disembuhkan, bahkan dapat menyebabkan kematian.
"Tujuan dicanangkannya Pekan Peduli Antibiotik Sedunia di antaranya meningkatkan kesadaran akan bahaya resistansi antibiotik di dunia," kata Dewi.
Kedua, ia melanjutkan, upaya ini dilakukan untuk menggalakan praktek yang baik pada masyarakat, petugas kesehatan, dan pembuat keputusan untuk mencegah penyebaran dan memburuknya resistansi antibiotik.
DINI TEJA