TEMPO.CO, Jakarta - Diare adalah salah satu gejala yang sering dialami orang dewasa dan anak-anak. Namun, sayangnya, masih banyak orang belum mengerti bagaimana menanganinya. Kebanyakan dari mereka mengkonsumsi obat antidiare, bahkan tak sedikit yang mengkonsumsi antibiotik.
Nurul Itqiyah Hariadi, relawan Yayasan Orang Tua Peduli (YOP), menjelaskan, kebanyakan diare disebabkan virus, sehingga tidak perlu diberikan antibiotik. Ia mengatakan muntah dan diare merupakan salah satu cara tubuh untuk membuang zat-zat beracun dari dalam perut.
"Kalau diare dihentikan memakai obat-obatan, yang akan terjadi adalah racun yang diproduksi bakteri jahat tidak dapat dikeluarkan," katanya di Oakwood, Kuningan, Kamis, 12, November 2015.
Wanita yang menyelesaikan studinya dalam bidang sub-spesialisasi penyakit infeksi anak ini menuturkan inilah yang menjadi satu alasan mengapa diare tidak boleh dihentikan. Alasannya, racun-racun akan tertahan di dalam perut dan usus sehingga ada kemungkinan racun tersebut bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh lebih berat.
"Yang saya tekankan, kalau ada masalah diare, terutama pada anak, adalah asupan minum anak," ujarnya. Alasannya, satu hal yang paling ditakutkan ketika terserang diare adalah dehidrasi atau kekurangan cairan di dalam tubuh. Ia juga menekankan, saat seseorang berada pada kondisi ini, maka yang harus ia konsumsi ialah oralit, bukan obat antidiare atau obat antimuntah, bahkan antibiotik.
Namun ada dua kondisi saat seseorang harus berobat. Pertama, ketika pasien tidak bisa mempertahankan asupan cairan dalam tubuh dalam waktu lama. "Misalnya, bayi yang masih menyusui tapi muntah terus-menerus, ditambah diare," tuturnya. Keadaan ini menjadi salah satu tanda pasien perlu dibawa ke dokter untuk diperiksa. Untuk mengatasi ini, biasanya pasien akan ditangani dengan diberikan asupan cairan tambahan melalui saluran infus.
Kedua, saat diare disertai darah. "Darah itu tanda usus kita sudah tidak utuh lagi, makanya darah keluar. Ketika usus masih bagus dan kuat, tentunya darah tidak akan ikut keluar," ucapnya. Ia melanjutkan, meski diare yang disebabkan bakteri juga terkadang tidak menyebabkan perdarahan, penggunaan antibiotik tidak diperlukan karena, menurut dia, pertahanan tubuh kita akan mengatasi hal tersebut.
DINI TEJA