TEMPO.CO, Jakarta -Ada perasaan bangga yang dirasakan Djoko Sambodo. Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri Sragen, Jawa Tengah ini penuh percaya diri berterus terang ia bangga dan enggan dipandang sebelah mata memimpin sekolah luar biasa di Sragen, Jawa Tengah. “Biasanya sekolah luar biasa itu dianggap hanya seperti puskesmas, sama orang,” kata Djoko di Istora Senayan 23 November 2015.
Hal itu membuatnya terpancing untuk melakukan berbagai inovasi demi membangun sekolah yang berdiri pada 16 Juli 2007. Ia mengaku membaca berbagai buku, dan mengaplikasikannya ke sekolah itu. “Ada lima inovasi yang kami lakukan,” katanya.
Pertama, Sekolah Luar Biasa Negeri Sragen telah mendapatkan ISO 9001 2008. Artinya, sekolah ini sudah dianggap memiliki manajemen yang konkrit dan terencana dengan baik. “Kami juga sudah dianggap baik dalam hal audit internal dan eksternal,” katanya.
Kedua, sekolah yang berisi murid-murid dengan dengan hambatan tuna grahita, tuna netra dan tuna rungi ini pun sudah menjadi digital school. Setiap kelas, ada minimal dua buah komputer yang dipegang guru dan seorang perwakilan murid. Dalam pembelajaran itu, Djoko mengajak para guru dan murid untuk melakukan kegiatan belajar mengajar yang berbasis internet. “Jadi bila ada murid tuna grahita memerlukan bantuan, maka bisa langsung menggunakan alat praga yang diambil dari internet,” katanya.
Selain dapat membantu memberikan pemahaman kepada para murid berkebutuhan khusus itu, kepala sekolah pun bisa langsung memantau apa saja yang sudah diajarkan guru kepda para muridnya melalui jaringan internet. “Kami jadi tahu sudah sejauh mana pengajaran kegiatan belajar mengajar guru murid di sekolah,” kata Djoko.
Ketiga dalam hal infrastruktur. Menurut Djoko, kebanyakan sekolah luar biasa, memang seperti puskesmas yang tidak terurus. Namun, berkat bantuan dana sosial dari perusahaan, Djoko bisa membangun sekolahnya menjadi dua tingkat. Ada pula ruangan ruangan konseling atau ruang medis yang dibutuhkan para murid spesial ini.
Fisik sekolah itu sudah dikatakan cukup baik, prestasi para muridnya pun patut diacungi jempol. Menurut Djoko, murid-murid sekolahnya yang memiliki keterbatasan tuna rungu berhasil meraih rekor MURI dengan menyanyikan 100 lagu secara beruntun. Lalu ada pula murid-murid tuna netra di sekolahnya yang bisa menari Reog Ponorogo. Sekolah itu pun memiliki guru tuna netra yang sedang bersekolah S2. “Ada pula murid yang nyaris jadi atlet tingkat nasional,” katanya.
Inovasi kelima yang berhasil memenangkan Djoko sebagai Kepala Sekolah Menengah Luar Biasa Berdedikasi adalah adanya program koperasi bagi anak anak berkebutuhan khusus. Para murid, terbiasa meminjam uang di koperasi itu untuk mulasi sedikit berwirausaha. Anak SMA sudah mulai belajar menjual tiket online, atau kegiatan lain yang meningkatkan keahliannya untuk berwirausaha. “Kegiatan ini bisa membuat kami duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan sekolah lain,” kata pria 45 tahun itu.
Selain Djoko, ada pula guru pengajar tuna rungu asal Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang Fanie Dipa Pawakaningsih yang berhasil memenangkan lomba Kreatifitas Pembelajaran Guru Pendidikan Khusus Dikmen 2015. Ia berhasil membuat video tutorial bagi siswa tuna rungu di sekolahnya.
Biasanya, kata Fanie, guru tuna rungu hanya mengambil video video dari You Tube untuk bahan pembelajaran anak tuna rungu. Sayang, Video itu hanya terlalu cepat dan tentu para murid tuna rungu tidak paham lantaran instruksi dilakukan dengan suara. “Saya akhirnya membuat sendiri video video tutorial itu dan tentu lebih dimengerti siswa,” kata wanita 45 tahun ini.
Djoko dan Fanie diminta membagi pengalamannya kepada para guru lain pada acara simposium nasional 2015 di Jakarta. Diharapkan pengalaman dan ide kreatif mereka bisa tertular kepada guru-guru lain yang hadir dari seluruh daerah Indonesia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meminta guru bisa menjadi orang yang pembelajar. Guru diharapkan bisa belajar dari guru lain. Hal itu , kata Anies, bisa menjadi bekal yang bisa diajarkan kepada para muridnya. “Guru itu tidak hanya mengajar, tapi juga terus belajar sehingga menginspirasi murid-murid,” kata Anies.
MITRA TARIGAN