TEMPO.CO, Makassar - Sunarti, 17 tahun, jatuh cinta pada permainan hoki di awal tahun 2015. Siswi kelas III Sekolah Menengah Atas Baebunta, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, ini adalah satu dari puluhan orang yang mengisi bangku penonton dalam Kejuaraan Hockey Indoor antarklub se-Sulawesi Selatan di Gedung Olahraga Universitas Hasanuddin pada 6-7 November lalu.
Hoki adalah permainan antardua regu yang terdiri atas 11 orang. Masing-masing menggunakan stik alias tongkat bengkok untuk menggerakkan bola. Asal-usul permainan ini disebut bersumber dari dua tempat, yakni Persia Kuno dan Mesir Kuno. Sebuah relief adegan permainan tongkat dengan bola ditemukan di tembok kuburan di Lembah Raja, Mesir Kuno.
Pada 1800, sebuah almanak di Inggris mencatat permainan hoki. Belanda membawa permainan ini ke Indonesia pada sekitar 1920-1925. Permainan ini hanya diajarkan di sekolah-sekolah kolonial. Pada tahun Indonesia merdeka, Persatuan Hoki Seluruh Indonesia juga didirikan.
Meski keberadaannya sudah cukup lama, hoki masih kurang populer. Sunarti, misalnya, baru mengenal olahraga ini dari gurunya pada awal 2015. Tak sampai setahun, Sunarti sudah dipercaya mengikuti pertandingan mewakili sekolahnya. "Senang bisa ke Makassar mewakili sekolah. Senang bisa mengenal banyak teman," katanya, Selasa, 24 November 2015.
Pelatih tim Baebunta, Evi Viantary, mengatakan, awalnya dia hanya memperkenalkan olahraga hoki di SMA Baebunta, tempatnya mengajar. Melihat semangat siswanya, dia mulai serius melatih mereka. Apalagi setelah tahu ada pertandingan di tingkat provinsi. Menurut dia, permainan yang dimainkan secara tim, seperti hoki, bagus untuk melatih setiap orang belajar bekerja sama.
Baca Juga:
"Yang egoistis harus belajar menekan egonya karena ini permainan tim. Akan sulit menang jika tidak bisa bekerja sama saat bertanding," ucap Evi.
Seperti permainan olahraga beregu kebanyakan, hoki juga memiliki doktrin--mengoper bola secepatnya, sedikit mungkin menggiring bola, cari jalan cepat dan singkat ke gawang lawan.
Meski demikian, kata Abdul Rahman, pelatih tim hoki dari Universitas Negeri Makassar, hoki merupakan olahraga yang mengajari pemain saling memahami dan mampu bekerja sama. "Tiap pemain mempunyai karakter yang berbeda-beda. Ada yang sabar, dan mungkin ada juga yang suka marah-marah. Jika mereka tak bisa saling memahami, pasti kacau saat bermain," ucap Abdul.
Menurut Abdul, permainan hoki juga bisa meningkatkan rasa percaya diri bagi setiap pemain. Sebab, seorang pemain dituntut untuk bisa mengambil keputusan saat bertanding. Di lapangan, kata Abdul, kepercayaan diri akan terasah sendiri. Pemain harus bisa mengambil keputusan apakah harus memukul bola atau mengumpan kepada teman. Kebiasaan ini tentunya akan berdampak positif pada kehidupan sehari-hari.
MUHCLIS ABDUH