TEMPO.CO, Jakarta - Bos Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo, bercerita soal awal mula ia merintis bisnis jamu pada pertengahan 1973. Bisnis dimulai tatkala ia memikirkan masa depan pendidikan anak-anaknya juga suaminya yang akan segera pensiun sebagai pegawai negeri sipil.
"Saya izin rintis usaha ke suami, dua anak saat itu sedang kuliah di ITB yang lainnya segera menyusul, sedangkan dua tahun lagi suami saya pensiun," papar Mooryati di kediamannya, di Menteng, Senin, 4 Januari 2016.
Berawal dari semangat tersebut, Mooryati tak mempermasalahkan pandangan dari keraton yang menilai tak pantas jika anggota keraton berjualan. "Enggak pantes kalau orang keraton dagang, dianggapnya rendahan," ujar Mooryati, cucu Paku Buwono X, pemimpin Keraton Surakarta.
Mooryati lantas mengandalkan modal Rp 25 ribu yang ia punya dan garasi rumah sebagai tempat memproduksi jamu. Saat itu dengan modal yang ada Mooryati bisa memproduksi seratus botol jamu beras kencur yang dijual Rp 1.000 per botol.
Jamu ia jual kepada kerabat dan kenalan-kenalannya. Jamu jualannya ia antar bersama pembantunya menggunakan sepeda motor. "Saya sampai belajar mengendarai motor," kenang mantan Wakil Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat periode 2004-2009 tersebut.
Lama-kelamaan makin banyak yang memesan jamu buatan Mooryati. Perlahan inovasi-inovasi mulai ia lakukan. Semua masukan dari pelanggan mendorong dirinya meningkatkan kualitas dan jenis produk yang ia jual.
Dari jamu hingga ke perangkat perawatan kecantikan Mooryati produksi di bawah perusahaan Mustika Ratu. Kini usaha yang ia rintis dari nol sudah besar dan mulai merambah bidang lain, termasuk hotel. Kepemimpinan perusahaan pun sudah diwariskan kepada putri keduanya, Putri Kuswinu Wardani.
AISHA SHAIDRA