Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ada Perilaku Mom-Shaming pada Kaum Ibu. Apakah Itu?  

image-gnews
Ilustrasi ibu dan anak. AP/Mark Baker
Ilustrasi ibu dan anak. AP/Mark Baker
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - “Menggendong anak, kok begitu? Enggak ngeri kecengklak tuh leher anaknya?” 

“Ya ampun, baru melahirkan sudah kurus lagi. Jangan langsung diet. Banyakin makanlah biar ASI banyak.”

“Drama terus sama anak-anaknya setiap pagi. Memang penting banget, ya tetap kerja?”

Inilah mom-shaming. Sebuah perilaku mempermalukan ibu-ibu lain dengan cara menampilkan diri sebagai ibu yang lebih baik, lebih hebat, kalau tidak mau disebut sempurna.

Berdasarkan efek samping yang ditimbulkan, pelaku mom-shaming bisa dibilang menyeramkan. Mereka bisa seketika membuat orang lain merasa malu, padahal seharusnya tidak.

“Ketika saya berbicara tentang rasa malu, saya tidak berbicara tentang seseorang yang sedang melakukan suatu kesalahan. Saya sedang berbicara tentang perasaan dan pikiran bahwa diri ini, entah bagaimana, terlihat salah, rusak, tidak memadai, tidak cukup baik, atau tidak cukup kuat,” terang Jane Bolton, Psy.D., MFT.

“Dan rasa malu semacam ini adalah pengalaman paling buruk dalam hidup seseorang. Tidak ada lainnya yang melebihi perasaan ini. Karena pada saat kita malu, diri ini juga akan terluka dari dalam,” terang psikolog asal Amerika Serikat itu.

Dan rasa malu yang paling parah adalah ketika dipermalukan, terutama di depan umum.

“Ini sangat-sangat menyakitkan hingga kita bisa berharap mati saja,” Jane Bolton memberi gambaran lewat tulisannya dalam Psychology Today, “What We Get Wrong about Shame (Yang Kita Salah Artikan tentang Rasa Malu)”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mari kita awali dengan sebuah kesepakatan, menjadi ibu adalah pekerjaan paling berat yang pernah ada. Jadi, kita sama-sama melakukan sesuatu yang hebat. Tidak perlu lagi saling menjatuhkan. Entah itu di media sosial, di taman bermain, di supermarket, di area sekolah, dan di mana pun kita biasa bertemu dengan ibu lain dan anak-anaknya.

Tidak seperti aliran agama atau politik, gaya pengasuhan seseorang tidak mudah disembunyikan. Hal ini kemudian dijadikan senjata oleh sebagian ibu untuk menyerang, ketika mereka sendiri butuh penyaluran emosi.

“Para ibu menyerang satu sama lain karena ada sesuatu yang hancur di dalam diri mereka sendiri,” analisis Stephanie Barnhart, pendiri Socialminded Media Group dan editor Mommy Nearest, New York, AS. Sesuatu yang hancur di antara pikiran tentang cucian menggunung, belanja bahan makanan, mainan pasir anak atau baju murah, dan rumah yang berantakan. “Sungguh berat tugas seorang ibu. Jadi mengapa kita begitu kejam satu sama lain?”

Stephanie Barnhart mengungkapkan beberapa faktor yang membuat seorang ibu menjadi pelaku mom-shaming, antara lain merasa bosan, marah, cemburu, repot, terlalu letih, kehilangan jati diri, dan haus pengakuan.

Bosan karena melakukan aktivitas yang sama setiap hari, marah karena tidak bisa marah pada anak yang sekali waktu menyebalkan, cemburu pada ibu lain yang masih sempat mengurus kecantikan, repot karena terlalu ingin menjadi ibu yang sempurna, terlalu letih karena alasan yang tidak perlu disebutkan lagi, kehilangan jati diri karena tidak bisa lagi bersikap seperti lajang, dan haus pengakuan karena hanya ingin sedikit merasa bangga (bahagia).

“Apa Anda termasuk yang berdansa gembira ketika si kecil tidur lelap sepanjang malam? Apa Anda berteriak dari atas atap ketika berhasil memberi ASI eksklusif? Luapan kegembiraan kita ini seperti, lihat saya! Tolong siapa pun di luar sana katakan apa yang saya kerjakan ini hebat, karena ibu lain tidak bisa melakukannya. Tunggu, yang saya lakukan ini benar, kan?” Stephanie memberi gambaran perilaku kebanyakan ibu yang pada akhirnya tanpa sengaja melukai ibu lain.

“Ibu-ibu, saya membutuhkanmu. Kita membutuhkan satu sama lain. Semua akan lebih baik ketika kita bisa merasa baik tentang diri kita sendiri,” kata Barnhart.

TABLOIDBINTANG.COM

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ketahui Penyakit Genetik, Pentingnya Tahu Riwayat Kesehatan Keluarga

18 Oktober 2022

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Ketahui Penyakit Genetik, Pentingnya Tahu Riwayat Kesehatan Keluarga

Setengah dari gen anak berasal dari orang tua biologis. Kadang adanya mutasi gen mengindikasi kemungkinan risiko memiliki penyakit genetik. Apa saja?


Anak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Mudah Ini

1 Juli 2019

Sekotak sayuran dipajang di kebun seluas 900 meter persegi di atap pusat pemilahan pos,  di Paris, Prancis, 22 September 2017. Kebun ini menanam buah-buahan, sayuran, tanaman aromatik dan obat-obatan. REUTERS/Charles Platiau
Anak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Mudah Ini

Apakah Anda sulit makan buah dan sayur? Lakukan berbagai tips mudah ini agar kebutuhan gizi anak Anda terpenuhi.


Saran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting

2 November 2018

Ilustrasi anak mengukur tinggi badan. answcdn.com
Saran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting

Menurut pakar gizi, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, perlu bekerja sama untuk menurunkan angka stunting.


Rumah Sedang Direnovasi, Perhatikan Kesehatan Anak-anak

8 Mei 2018

Ilustrasi pasangan mengecat rumah. shutterstock.com
Rumah Sedang Direnovasi, Perhatikan Kesehatan Anak-anak

Rumah yang sedang direnovasi sudah pasti kotor serta penuh debu dan zat kimia berbahaya. Lindungi anak-anak, jangan sampai kesehatan mereka terganggu.


Tanda Anak Keracunan Zat Berbahaya di Rumah dan Kiat Mengatasi

4 Maret 2018

Ilustrasi Keracunan
Tanda Anak Keracunan Zat Berbahaya di Rumah dan Kiat Mengatasi

Jauhkan bahan-bahan pembersih di rumah yang mengandung zat berbahaya. Kenali tanda anak keracunan zat tersebut.


Alasan Anak Tak Boleh Hanya Sarapan Buah dan Sayur

4 Maret 2018

Ilustrasi anak makan buah dan sayur. Shutterstock
Alasan Anak Tak Boleh Hanya Sarapan Buah dan Sayur

Menurut dokter, anak tidak dianjurkan hanya sarapan buah dan sayur karena tidak mengandung karbohidrat.


Anak Juga Butuh Pusat Kebugaran Khusus, Ini Saran Dokter

11 Januari 2018

Ilustrasi anak obesitas berolahraga. Kevin Frayer/Getty Images
Anak Juga Butuh Pusat Kebugaran Khusus, Ini Saran Dokter

Semakin banyak saja pusat kebugaran untuk anak dan menurut dokter anak memang butuh banyak beraktivitas.


Manfaat Menyusui buat Ibu dan Bayi, Cegah Obesitas sampai Kanker

14 Desember 2017

Ilustrasi Ibu menyusui. Shutterstock
Manfaat Menyusui buat Ibu dan Bayi, Cegah Obesitas sampai Kanker

Manfaat menyusui bagi kesehatan sangat besar, bukan saja untuk bayi tapi juga ibunya.


Anak Lesu dan Pucat, Waspadai Gejala Anemia

23 November 2017

Ilustrasi anak sakit. Shutterstock
Anak Lesu dan Pucat, Waspadai Gejala Anemia

Perhatikan anak Anda, bila terlihat pucat, lemas, dan lesu, bisa jadi ia mengalami anemia.


Kecoak dan Bulu Kucing Biang Kerok Asma? Ini Kata Dokter

26 September 2017

Kucing bernama Sam ini memiliki bulu berwarna hitam yang mirip alis. Sepintas ia terlihat seperti karakter kartun yang lucu. Berikut sejumlah kucing dengan corak bulu yang lucu dan unik. Boredpanda.com
Kecoak dan Bulu Kucing Biang Kerok Asma? Ini Kata Dokter

Kecoa itu alergen, bahan yang menyebabkan serangan asma. Kalau kecoak mati kan berterbangan kulit-kulitnya. Lalu?