TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal Anang Iskandar mengatakan darah seni yang mengalir di tubuhnya banyak diturunkan dari ayahnya, Suyitno Kamari Jaya. Sehari-harinya, Suyitno berprofesi sebagai tukang cukur di Jalan Residen Pamudji, Mojokerto, Jawa Timur.
"Mencukur itu seni. Darah seni bapak saya banyak menurun ke saya," kata dia kepada Tempo di rumah pribadinya, Bekasi, Jawa Barat, Ahad, 14 Februari 2016.
Seni, kata Anang, tak melulu soal lukisan, teater, atau bernyanyi. Menurut dia, kebanyakan hobinya didasari atas dasar seni. Termasuk memasak, berkebun, menulis, dan melukis. "Itu semua seni. Banyak keindahan ketika dilakukan," ujarnya.
Di sela-sela kesibukannya sebagai Kabareskrim dan pengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Anang masih menyempatkan waktunya untuk melukis. Bila ada sisa waktu, biasanya dia melukis pada Senin sore, usai jam kerja.
Pengagum pelukis Affandi itu sangat menyukai lukisan abstrak. "Abstrak itu mengandung filosofis. Ada makna tersembunyi di setiap goresan yang tidak semua orang bisa mengartikannya," tutur pria kelahiran Mojokerto, 18 Mei 1958 itu.
Selain melukis, Anang juga menyempatkan waktu untuk berkebun di akhir pekan. Terdapat kolam budidaya ikan di halaman rumahnya yang turut menjadi ajang pengisi waktu senggangnya. "Hiburan saya ya begitu. Tidak begitu suka pergi-pergi."
Untuk memasak, Anang biasanya menyempatkan waktu ketika akhir pekan atau bila ada acara bersama teman-temannya. Nasi goreng, sup, dan bubur Jepang adalah menu andalannya. Sebagai pembuktian, Anang lantas memasak nasi goreng untuk Tempo di rumahnya. Ia meracik bawang merah, bawang putih, tomat, dan cabai sendiri. Seluruh bumbu kemudian di-uleg-nya secara manual. “Gampang ini, sudah terbiasa dari kecil. Waktu di Akpol, juga biasa masak sendiri,” tuturnya.
Anang tampak lihai saat menumis bumbu, memasukkan nasi, dan menggoreng telur sebagai pelengkap nasi gorengnya. “Masak adalah salah satu seni dan hiburan bagi saya,” ujarnya.
DEWI SUCI RAHAYU