TEMPO.CO, Jakarta - Meski telah menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Anang Iskandar tak ingin menghilangkan kebiasaan lamanya. Salah satunya yakni jajan di pinggir jalan.
"Kadang berhenti di pinggir jalan, cuma pengen beli pentol atau pecel lele," kata dia sembari tertawa kepada Tempo di rumahnya, Ahad, 14 Februari 2016.
Anang tak merasa risih dengan kebiasaan uniknya tersebut. Kata dia, tak banyak orang mengetahui profilnya. "Ya, biasa saja. Tidak semua kenal saya, kan," ujarnya.
Bicara soal makanan pinggir jalan, ia jadi teringat momen bersama bapaknya, almarhum Suyitno. Saat itu, Anang berusia sekitar 14 tahun, duduk di kelas 2 SMP. Suyitno mengajaknya makan sate pedagang kaki lima. “Saya bilang ke bapak saya, jangan makan di sini. Satenya nggak enak. Enakan yang di sebelah sana,” katanya. Namun, Suyitno enggan menjawab, meskipun Anang memprotesnya beberapa kali.
Usai makan, Suyitno kembali membonceng Anang dengan sepeda onthel. Dalam perjalanan, Suyitno berbalik bertanya kepada Anang. “Kamu tahu nggak, kenapa Bapak ngajak makan di situ tadi?” kata Anang menirukan ucapan bapaknya kala itu. “Saya jawab enggak tahu.”
Baca Juga:
Suyitno, kata Anang, lantas mengutarakan alasannya. Sembari menangis dengan suara terbata, Anang kembali menirukan kata-kata bapaknya kala itu, “karena yang jual itu anak STM.” Momen tersebut sangat membekas hingga sekarang. Ia selalu menangis saat menceritakan ulang. “Dari situ, saya jadi tekun belajar karena bapak saya bilang kalau kamu pelajar, pasti akan banyak yang membantu. Meskipun misalnya makanannya tidak enak,” katanya sembari terbata dengan mata memerah.
Hal itu menjadikan Anang gemar makan di pinggir jalan, terutama bila penjualnya masih masih sekolah. Selain penyuka makanan pinggir jalan, Anang juga gemar masak sendiri. Beberapa menu andalannya adalah nasi goreng, sup, bubur ayam, dan bubur Jepang.
DEWI SUCI RAHAYU