TEMPO.CO, Jakarta - Rumah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan sangat unik. Tanya saja ke warga sekitar Jalan Lebak Bulus II, Cilandak, Jakarta Selatan, pasti kita akan dituntun menuju joglo di tepi gang yang cuma bisa dilalui satu mobil itu. Rumah adat Jawa itu memang menjadi ikon di perkampungan padat penduduk tersebut. Berbagai aktivitas warga berlangsung di sana, dari posyandu, taman bacaan, sampai pengajian.
Namun, setiap pendatang baru pasti dibuat bertanya, di mana rumah Pak Menteri? Sebab, di balik joglo tersebut terbentang taman luas tanpa bangunan. Jawabannya, tepat di bawah pendopo berukuran 9 x 11 meter itu. Ya, seperti rumah kelinci di bawah tanah.
Baca Juga:
Anies memanfaatkan lahan miring di area 1.600 meter persegi . Titik utara lebih tinggi sekitar 4 meter daripada ujung selatannya. Dia mengatakan rumah karya arsitek Adi Purnomo itu terbagi menjadi tiga bagian, yakni area publik, semiprivat, dan privat.
Joglo masuk bagian pertama. Itu sebabnya, Anies membiarkannya sonder jaro. Lahan rumput berbukit di depannya juga bebas digunakan bocah bermain bal-balan. "Di sini sulit mendapat public space. Kalau kita punya ruang tapi tidak berbagi, rasanya zalim," ujar Anies, 47 tahun, seperti ditulis Koran Tempo, Selasa, 12 Juli 2016.
Anies mengatakan joglo itu adalah peninggalan Kiai Kasan Besari, pendiri Pondok Pesantren Tegalrejo Ponorogo—tempat menuntut ilmu sejumlah tokoh, termasuk Tjokroaminoto dan KH Hasyim Asy'ari. Bangunan kayu itu diperkirakan didirikan pada 1743 dan dibangun kembali sesuai dengan aslinya, terdiri atas lebih dari 1.000 potongan kayu tanpa paku.
Halaman dan teras belakang masuk bagian semiprivat. Warga sekitar bisa mengaksesnya pada momen tertentu, seperti saat digelar nonton bareng final Piala Dunia 2014. "Tapi tetap terpisah dari rumah, sehingga tamu tidak merasa mengganggu penghuni rumah, begitu juga sebaliknya," ujar cucu tokoh pergerakan nasional A.R. Baswedan ini.
Area terakhir, ya, rumah. Luasnya sekitar 200 meter persegi. Jalan masuknya bermula dari gerbang yang dijaga petugas keamanan. Ada juga akses dari joglo. Anies hanya menyediakan dua kamar anak selain kamar tidur utama. Padahal, dia punya satu putri dan tiga putra. Mantan Rektor Universitas Paramadina ini baru memberi putranya kamar sendiri saat menginjak usia sekolah menengah atas. Caranya, tinggal membangun sekat di ruang memanjang tersebut. "Rumah harus menjadi sesuatu yang tumbuh," kata Anies.
Seperti saat merancang guesthouse Bupati Banyuwangi, Adi Purnomo sukses membuat "bangunan bawah tanah" itu terang sepanjang siang lewat celah ventilasi di berbagai sudut. Udara pun sejuk meski tidak ada AC. "Sebab, beton rumah tidak terkena panas karena tertutup tanah," kata Anies. Saat mentari menghilang, suasana menjadi remang-remang. "Lampu sengaja dibuat redup supaya terasa saat malam."
Saking cintanya ke graha itu, keluarga Anies hampir tidak pernah tinggal di rumah dinas menteri di Widya Chandra, Jakarta Selatan. "Di sini lebih homey," kata Mutiara, 19 tahun, putri pertama Anies.
REZA MAULANA