TEMPO.CO, Jakarta -Tinggal di kota besar Jakarta, dengan segala kesibukan dan ingar bingar suasana kota, tak urung misalnya semakin menenggelamkan kehidupan seseorang berkutat dalam karier semata. Tak terasa, tahu-tahu waktu terus berjalan keasyikan menekuni karier, tak juga menikah alias jodohpun belum kunjung tiba. Penulis Fira Basuki pada Kamis, 9 Februari 2017 lalu meluncurkan buku Kitab Jodoh. (Baca juga:Satu Hal Ini Harus Ada Saat Anda Memilih Beras)
Dalam buku bersampul depan warna merah dengan 176 halaman yang diterbitkan Grasindo, Gramedia Indonesia, Fira berbagi ilmu bagi pejuang cinta. Mengapa pejuang cinta? Dalam bukunya, Fira menuliskan para pejuang cinta yang usianya antara 20 hinngga 40 tahun yang sering mengeluh dan curhat belum juga menikah. "Pertanyaan yang muncul, pasti ada yang salah kenapa belum menikah? Ada apa dengan saya? Pasti ada yang sakit hati dan menutup jodoh saya? Ada yang salah pada saya hingga saya belum menikah? Ya, saya belum dikasih jodoh sama Yang Di Atas. Yang Di Atas terkadang memberi banyak pilihan, tapi kadang sayangnya bingung, enggak yakin?" ya pertanyaan para pejuang cinta ini yang kemudian membuat penulis kelahiran Surabaya, 7 Juni 1972 meluncurkan Kitab Jodoh.
Dibukunya ini Fira memberi paduan praktis soal cinta dan mencari tambatan hati. Fira menulis buku ini selama tiga bulan. Buku ini berisi beragam topik, mulai persiapan mencari calon pacar, mencari kecocokan pasangan lewat shio dan primbon, hingga strategi menghindari patah hati.(Baca juga:Pakai Bra Saat Tidur Bisa Berdampak Buruk)
Fira yang pernah meulis buku Brownies dan memoar Fira dan Hafez ini mengupas detail di bukunya dari definis jodoh, plus minus berjodoh, kriteria jodoh, watak dan jodoh berdasarkan hari lahir, tanggal, rasi bintang, shio, golongan darah, empat macam kepribadian berdasarkan ilmu psikologi, garis tangan dan sebagainya.
Di buku ini Fira juga menuliskan tentang bagaimana jodoh bertemu, persiapan yang dilakukan mulai urusan fisik hingga psikis, lalu tempat cari jodoh, iktiar berjodoh dan sebagainya.
Fira mengutip tembang Asmara Dana, " Gegaring wong akrami dudu badha dudu rupa, amung ati pawitane luput pisan kena pisan lamun gampang luwih gampang lamung angel, angel kelangkung tan kena tibumbas arta."(Baca juga:Mengapa Beras Hitam Lebih Bergizi? Ini Kata Ahlinya)
Tembang tersebut artinya, "Landasan orang yang hendak (berjodoh) berumah tangga bukan harta bukan penampkan. Namun kemantapan hati adalah modalnya. Jodoh itu hanya digunakan satu kali. Bila sudah berjodoh, akan mudah jalannya. Bila belum berjodoh, sangat sulit terlaksana. Semua itu takkan terbeli dengan harta."
Dan menariknya Fira juga berbagi tulisan dalam bukunya kepada para pejuang cinta tentang pernyataan psikolog, Ratih Ibrahim yang mennjadi konsultan dalam membuat panduan mencari cinta dan jodoh. Ratih mengungkapkan panjang lebar.
"Jodoh adalah seseorang yang kepadanya kita merasa jatuh cinta sampai yakin seyakin-yakinnya dan bersama kita merasa cocok, pas, ditakdirkan bersama serta mengimpikan bahwa mengupayakan mati-matian untuk menyatukan masa depan bersama dengan harapan happly ever after dan mewujudkannya dalam hidup nyata selama beberapa waktu. Beberapa kali itu ada yang lama jangka waktunya sampai seumur hidup. Sebagian orang memaknai jodoh sebagai takdir, anugerah jawaban Tuhan atas doa dan harapan kita tentang pasangan hidup."
HADRIANI P.
(Baca juga:Rancangan Busana Hijab Indonesia di New York Fashion Week)