TEMPO.CO, Jakarta - Faisal Basri, ekonom dan politikus Indonesia, sejak 2015 merasakan sakit punggung. Berbagai cara untuk mengobatinya telah dilakukan. Dari pijat, tindakan medis bahkan sampai ke Singapura. Juga melakukan pemeriksaan dengan magnetic resonance imaging (MRI). Dengan MRI itulah kemudian diketahui bahwa penyebab sakit punggungnya itu, karena ada penyempitan antar-ruas tulang belakang. ”Antar-ruas 5-6 dan 6-7 di leher menyempit,” ujarnya. (Baca: Sakit Punggung Seperti Faisal Basri? Ini Kata Ortopedi)
Seperti dalam artikel ini, disebutkan dokter spesialis ortopedi Briliantono bahwa saraf yang ada di tulang belakang bagian bawah (lumbar spine) terhubung dengan bagian panggul ke bawah. Karena itu, jika penyempitan ruas tulang terjadi di bawah, bagian paha dan kaki akan sering mati rasa atau kesemutan. Tulang belakang bagian tengah (thoracic spine) berhubungan dengan dada dan perut.
Nah, memang selain merasakan nyeri luar biasa di punggung, Faisal Basri mengalami sensasi khas ini. Dokter spesialis saraf Tiara Anindhita mengatakan rasa nyeri akibat penyempitan itu merupakan salah satu alarm alamiah tubuh. Tulang belakang didesain sedemikian rupa untuk bisa menopang badan, menahan tekanan, dan melindungi sumsum tulang belakang. Karena fungsinya yang luar biasa ini, secara alamiah tubuh memiliki alarm yang akan memberi peringatan jika ada yang tak beres di sana. ”Kalau ada yang nyeri, berarti ada sesuatu yang enggak benar,” kata Tiara. (Baca: Gaya Yoga Sophia Latjuba Ini Manfaatnya Segudang)
Sinyal peringatan itu tak selalu datang dalam bentuk rasa sakit seketika. Menurut Tiara, alarm juga bisa dimulai dengan pegal-pegal, punggung terasa kaku, kesemutan, dan rasa tak nyaman. Tapi masalahnya, kebanyakan orang mengabaikan rasa tak nyaman ini. Mereka beranggapan pegal yang dirasakan akibat kelelahan. Untuk mengatasinya, biasanya dengan jalan pintas, seperti minum obat pereda rasa nyeri, pijat, atau memakai bantal relaksasi.
Nyeri memang menjadi hilang. Tapi, kalau sumber masalah utamanya tak diatasi, rasa sakit akan muncul lagi. Menurut Tiara, hanya 20 persen nyeri tulang belakang yang membahayakan, misalnya karena tumor atau kanker. Sedangkan 80 persen sisanya disebabkan oleh postur tubuh yang tak baik, seperti duduk tidak ergonomis, selonjoran, membaca atau main gawai sambil tiduran, dan menenteng tas berat. “Itu terjadi berulang-ulang, terus-menerus, bertahun-tahun, lama-lama tulang bisa miring dan menggencet bantalan,” ucap dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini.
Pada tahap awal, saraf terjepit karena salah postur ini biasanya dapat diperbaiki. Syaratnya, hanya sedikit bantalan yang keluar dan penderitanya masih muda karena jaringan ikatnya masih elastis. Cara memperbaikinya dengan menggeser ruas tulang yang miring tadi.
Tulang, kata Tiara, bisa digeser dengan menggerakkan otot. Selain berfungsi untuk bergerak, otot membuat ruas-ruas tulang belakang saling terikat. Maka menggerakkan otot bisa membuat ruas tulang ikut terangkat, bantalan yang menonjol keluar pun bisa masuk kembali ke antar-ruas.(Baca: Trik Asyik, Meski Hujan Turun Terus
Menurut Tiara, olahraga untuk tulang punggung (back pain exercise) dan berenang bisa memperbaiki bantalan yang keluar tadi. Postur tubuh juga harus dijaga. Duduk harus ergonomis; tak boleh menenteng tas terlalu berat, apalagi hanya di satu pundak; dan tidur tak boleh tengkurap. (Baca: Olahraga Ini Aman, Meski Tulang Bermasalah
Namun, kalau persoalan tulang punggung ini disepelekan dan sumber masalahnya tak dilenyapkan, kerusakan bisa semakin menjadi. Bantalan bisa makin keluar dan tak dapat dikembalikan lagi. Jika sudah begini, pengobatannya akan lebih sulit. ”Karena nyeri, orang menjadi tak produktif lagi,” ujarnya.
NUR ALFIYAH