Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengapa Hidung Mancung atau Pesek? Simak Penelitiannya

Editor

Susandijani

image-gnews
Ilustrasi hidung mancung. shutterstock.com
Ilustrasi hidung mancung. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Hidung manusia adalah ciri paling khas, apakah itu besar, kecil, lebar, sempit, atau di antara keduanya.Para ilmuwan sekarang mengendus beberapa faktor yang mendorong evolusi hidung manusia.

Para peneliti pada Kamis mengemukakan satu studi menggunakan gambar tiga dimensi ratusan orang keturunan Asia Timur, Asia Selatan, Afrika Barat dan Eropa Utara yang mengindikasikan iklim lokal, khususnya temperatur dan kelembaban, memainkan peran kunci dalam menentukan bentuk hidung.

Baca juga :Krav Maga Bisa Menambah Kepercayaan Diri?Begini Jawabnya

Hidung yang lebih lebar lebih umum pada orang-orang dari daerah dengan iklim hangat dan lembab menurut temuan mereka. Hidung yang lebih sempit lebih umum pada mereka yang berasal dari daerah dengan iklim dingin dan kering.

Fungsi hidung utamanya untuk bernafas dan membaui. Ada lendir dan kapiler darah di dalam hidung yang membantu menghangatkan dan melembabkan udara yang dihisap sebelum mencapai bagian-bagian sensitif dari saluran pernafasan.

Memiliki nasal lebih sempit bisa membantu meningkatkan kontak antara udara yang dihisap dan jaringan di dalam hidung yang membawa kelembaban dan panas, kata ahli genetik Penn State University, Arslan Zaidi, penulis utama studi yang terbit di jurnal PLOS Genetics.

"Ini mungkin memberikan manfaat di iklim yang lebih dingin. Di iklim yang lebih hangat, sisi lainnya mungkin benar," kata Zaidi.

Spesies kita muncul di Afrika sekitar 200.000 tahun lalu dan kemudian bermigrasi ke bagian-bagian lain di dunia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para peneliti mengatakan orang dengan lubang hidung lebih sempit mungkin lebih baik dan menghasilkan lebih banyak keturunan dibandingkan mereka yang memiliki lubang hidung lebih lebar di daerah lebih dingin dan lebih kering.(Baca : Jenis Makanan Ini Sebaiknya Dihindari Saat Anda Minum Obat

Temuan itu secara umum mendukung apa yang disebut aturan Thomson, yang diformulasikan oleh ahli anatomi dan antropologi Inggris Arthur Thomson (1858-1935), bahwa orang dari daerah iklim dingin dan kering cenderung punya hidung yang lebih panjang dan lebih ramping ketimbang orang-orang dari daerah beriklim hangat dan lembab.

Zaidi mengatakan bukti paling berharga sehubungan dengan aturan Thomson datang dari pengukuran tengkorak, sementara studi ini memperluasnya dengan melakukan analisis eksternal bentuk hidung.

Para peneliti mempelajari lebar hidung, lebar lubang hidung, tinggi hidung, panjang punggung hidung, ujung tonjolan hidung, area permukaan eksternal dan total area lubang hidung.

"Yang kami uji hipotesis yang sangat sederhana mengenai hidung, yang tampaknya punya sejarah evolusi kompleks. Banyak yang tidak kita ketahui," kata Zaidi, mengutip perlunya meneliti gen-gen di balik bentuk hidung. (Baca :Sleep Apnea Bisa Silent KIller, Salah Satu Gejalanya Mendengkur)

"Orang bisa membayangkan bagaimana perbedaan budaya dalam kecantikan bisa mengarah ke beberapa perbedaan hidung di antara populasi. Sebagai contoh, apakah hidung yang lebih lebar dianggap lebih menarik dalam populasi relatif terhadap yang lain?" katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

15 hari lalu

Secara spesifikasi, Kia Ray dibekali baterai lithium-iron-phosphate (LFP) 35,2 kilowatt-jam. (Foto: Kia)
BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.


Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.


Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Menara Hoover menjulang di Stanford University di Stanford, California, AS pada 13 Januari 2017. REUTERS/Noah Berger
Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.


2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

Peneliti di Gedung Genomik BRIN di Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno, Cibinong, Jawa Barat, Selasa, 27 Juni 2023. (Tempo/Maria Fransisca)
2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.


Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.


Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Gambar dari Batagur trivittata, Burmese Roofed Turtle yang masuk daftar Critically Endangered menurut IUCN Red List. (Rick Hudson, source: https://www.iucnredlist.org/species/10952/152044061)
Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.


Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Tim Mahabidzul dari ITB merancang pendeteksian jenis malaria pada pasien secara cepat dan akurat. Dok.ITB
Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.


Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Gunung Krakatau. itb.ac.id
Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.


Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Anna Armeini Rangkuti, mahasiswa program doktoral di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). ui.ac.id
Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.


Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Ilustrasi jurnal ilmiah. Shutterstock
Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.