TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Paru dari Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Persahabatan, dr. Jamal Zaini PhD,SpP, mengatakan gejala kanker paru tergantung dari letak dan besarnya kanker.
Kanker paru adalah sel ganas yang tidak terkendali pertumbuhannya, yang berasal dari sel epitel saluran napas atau jaringan paru. "Kalau letaknya di pinggir tidak bergejala," kata Jamal kepada Tempo, Jumat, 24 Maret 2017.
Baca juga :Lilin Pelapis Buah itu Sama dengan Bahan Pembuat Oli Motor
Itu sebabnya, Jamal melanjutkan, kebanyakan pasien yang mengalami kanker paru sudah stadium lanjut saat memeriksakan dirinya ke dokter. "Sekitar 60-70 persen sudah stadium 3 dan 4," ujarnya.
Menurut Jamal, hanya 5 persen pasien yang datang masih dalam kategori stadium 1 atau 2. "Karena keluhannya hampir sampa seperti TBC atau pneumonia," kata dia.
Bedanya, kata Jamal, TBC dan pneumonia adalah infeksi yang ada obat-obatannya untuk disembuhkan. "Kalau kanker paru dengan obat dan dibedah untuk stadium 1 dan 2. Tapi, kalau sudah stadium 3 dan 4, penanganannya dengan bedah dan kemoterapi atau bedah dan radiasi," ujar Jamal.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, mengatakan kanker paru adalah kanker nomor satu atau yang paling banyak dialami pria. "Karena pria lebih banyak yang merokok," kata Aru pada Hari Kanker Februari lalu.
AFRILIA SURYANIS
Baca juga :
Makan di Atas Jam 7 Malam Bikin Gemuk, Fakta atau Mitos?
Berapa Lama Earphone Aman Digunakan?