TEMPO.CO, Jakarta -Di dalam tubuh kita ada tiga sistem saraf yang memegang peran penting. Yakni, sistem saraf sensorik, motorik, dan otonom.
Apa peran sistem saraf otonom? Konsultan Neurologis dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr. Manfaluthy Hakim, SpS(K) mengatakan sistem saraf otonom mengatur gerakan-gerakan yang tidak bisa kita kendalikan.
Disebutkan pula bahwa gerakan usus meremas makanan, pernapasan, dan gerakan detak jantung itu contoh peran sistem saraf otonom.
Baca juga : Kisah Dibalik 4 Warna Paspor yang Ada di Dunia,
Sistem saraf membuat manusia bergerak dengan leluasa dan merasakan rangsangan dari lingkungan sekitar. Namun, ada kalanya sistem saraf mengalami gangguan. Salah satu gangguan itu adalah neuropati yakni kerusakan sel saraf tepi. "Salah satu gejala awal neuropati adalah kesemutan. Rasa nyeri akibat kesemutan merupakan alarm dari dalam tubuh," katanya dalam acara workshop tentang Neuropati yang dihelat Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia dan MERCK, pekan ini di Jakarta.
“Kesemutan itu peringatan keras bahwa telah terjadi gangguang sistem saraf. Anda diharapkan memperbaikinya. Apa yang kita rasakan mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi pada sistem saraf tepi. Dari kesemutan lalu berubah menjadi kram, selanjutnya mati rasa, kaku, kulit menjadi kering mengkilap karena saraf otonom yang mengatur pengeluaran kelenjar keringat dan minyak tidak berfungsi,” ujar Manfaluthy menjelaskan.
Selanjutnya : Berapa lama sistem saraf yang rusak itu bisa diperbaiki?