TEMPO.CO, Jakarta - Osteoporosis terjadi ketika muncul lubang kecil atau daerah melemah yang terbentuk di tulang. Kondisi ini dapat menyebabkan patah tulang atau nyeri. Hal ini umumnya terlihat pada wanita yang lebih tua di atas 50 tahun.
Dokter spesialis kedokteran olahraga, Andi Kurniawan, menjelaskan, osteoporosis lebih banyak dialami perempuan. Dibanding pria, perempuan berisiko 2 hingga 2,5 kali mengalami osteoporosis. Tak hanya karena faktor hormonal, osteoporosis juga terjadi karena kurangnya aktivitas fisik alias malas bergerak.
"Seorang wanita tidak suka melakukan aktivitas fisik, alasannya no time dan no energi," ujar Sekretaris Jenderal Perhimpunan Osteoporosis Indonesia ini saat berbincang-bincang dengan Tempo beberapa waktu lalu.
Andi menuturkan, seharusnya tak ada alasan untuk melupakan aktivitas fisik. "Ketika Anda punya anak, Anda dapat berolahraga dengan membawanya jalan-jalan dengan kereta dorong atau joging," katanya.
Dokter asal Amerika, Dr Josh Axe, mengatakan osteoporosis sering berkembang tanpa disadari selama bertahun-tahun, tanpa gejala atau ketidaknyamanan, sampai terjadi patah tulang. "Ini terjadi pada 44 juta orang di Amerika yang saat ini mengalami osteoporosis," kata Axe dalam laman pribadinya, Draxe.com.
Axe menjelaskan, penyebab utama osteoporosis adalah kemalasan, penuaan, ketidakseimbangan hormon, dan penggunaan obat tertentu dalam jangka panjang. "Penggunaan steroid, rendahnya kadar vitamin D, stres emosional, serta kekurangan gizi juga menjadi penyebab osteoporosis," ujarnya.
AFRILIA SURYANIS