Salah satu selamatan yang masih dilaksanakan oleh perantau keturunan Jawa di Belanda adalah upacara tujuh bulan kehamilan alias tingkeban. Dalam tingkeban terdapat pemotongan tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur dan permohonan keselamatan kepada Tuhan. Orang-orang keturunan Jawa-Suriname juga ada yang masih membakar kemenyan. Ada pula yang makan bersama.
Komunitas keturunan Jawa di Belanda bertahan karena mereka punya kekuatan gotong royong. Mereka saling membantu secara sukarela antar-keturunan Jawa di negeri asing. Semangat gotong royong ini tidak hanya ada di Belanda, tapi juga di negara lain. Ketua Paguyuban Ngumpulke Balung Pisah Javanese Diaspora, Indrata Kusuma Prijadi menjelaskan ada banyak komunitas yang menghimpun keturunan Jawa di negara mereka tinggal. Di Singapura terdapat asosiasi Jawa Singapura. Di New Caledonia terdapat komunitas masyarakat Caledonia keturunan Jawa.
Komunitas-komunitas perantau Jawa dari banyak negara terhubung melalui media sosial, seperti Facebook dan Whatsapp. Indrata sebagai penggagas Diaspora Jawa juga berhasil menghimpun keturunan Jawa berkat media sosial.
Ceritanya, di tahun 2000 ia menjadi pramusaji restoran di Los Angeles. Suatu ketika, seorang tamu restoran melambaikan tangan dan memanggil Indrata. “Dik mreneo (adik, ke sini). Aku iki dudu wong Jawa, tapi aku iso ngomong coro Jowo (aku ini bukan orang Jawa, tapi aku bisa bicara dalam bahasa Jawa),” kata Indrata menirukan tamu itu.
Indra merinding mendengarnya. Kepada tamu itu ia bertanya warga mana. Lalu orang itu menjawab: Suriname. Setelah pindah bekerja ke Kanada, pada tahun 2007 Indra membuat grup untuk mengumpulkan warga keturunan Jawa melalui Facebook. Grup itu diberi nama Javanese (WONG JOWO) in the Universe. Anggota grup itu kini mencapai enam ribu orang. Dari situlah kemudian terbentuk grup perantau Jawa di negara lain. Ada pula grup Facebook Javanese Singaporeans yang dibentuk Haider Surya Sahle.
Keturunan Jawa di Malaysia membuat grup Anak-anak Jawa-Malaysia yang didirikan oleh Yani Sharif. Orang-orang keturunan Jawa di Suriname menamakan grup mereka Javanese from Suriname. Pendirinya adalah Jakiem Asmowidjojo. Di New Caledonia, grup Facebook, Sophie menggagas grup Indonesia in New Caledonia.
Anggota komunitas itu rela merogoh kocek yang tak sedikit demi menengok leluhur mereka di tanah Jawa. Menurut Indra, orang-orang Suriname rindu menengok leluhur mereka. “Seperti orang Islam yang ingin naik haji, orang Suriname ingin mendatangi leluhur mereka,” ucap Indra.
SHINTA MAHARANI