TEMPO.CO, Boyolali - Mendaki gunung bukanlah sekadar adu fisik dan nyali untuk menaklukkan puncak. Banyak hal yang harus dipelajari agar petualangan di alam bebas itu tidak berujung petaka.
Pesan ini disampaikan anggota Dewan Penasihat Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), Adiseno, kepada Tempo setelah memberikan pelatihan dasar kepada 40 pemandu gunung lokal dari tujuh jalur pendakian Gunung Merapi dan Merbabu di Hotel Selo Pass, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Kamis, 27 April 2017. Adiseno berbagi ilmu mendaki bersama sejumlah pengurus APGI selama dua hari, Rabu dan Kamis, 26-27 April.
Mantan Ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) itu prihatin dengan peristiwa tewasnya tiga pendaki karena tersambar petir di kawasan wisata Gunung Prau, Kabupaten Wonosobo, pada akhir pekan lalu. "Jangankan di gunung, di rumah pun kalau sedang hujan deras alat elektronik mesti dimatikan," kata Adiseno menyinggung penyebab tewasnya tiga pendaki tersebut.
Adiseno adalah salah satu pendaki senior yang turut dalam tim ekspedisi Everest Indonesia (gabungan anggota Kopassus dan pendaki sipil) saat mendaki puncak Everest pada 1997.
Agar petaka tidak terulang, Adiseno mengimbau para pendaki agar mengenali jenis awan kumulonimbus yang berpotensi menyebabkan hujan lebat, badai, dan petir. "Kalau berteduh dari hujan, hindari tempat terbuka dan pohon-pohon yang tinggi. Perlengkapan dari besi juga harus dihindari karena bisa menjadi pengantar arus listrik. Karena itu, penyangga ransel dan tenda sekarang terbuat dari aluminium dan fiber," ujar Adiseno.
Untuk meminimalkan bahaya petir, Adiseno menyarankan pendaki duduk di atas kantong tidur (sleeping bag) atau matras yang digulung dan tetap mengenakan alas kaki. "Jangan berbaring karena permukaan tubuh yang terhubung dengan tanah semakin luas," tutur Adiseno, yang juga mantan jurnalis di surat kabar Sinar Harapan.
Adiseno menambahkan, lokasi-lokasi yang sering menjadi area sambaran petir juga perlu diberi nama khusus agar para pendaki yang hendak melintas lebih waspada. "Di gunung berapi, potensi petirnya lebih besar karena banyak mineral besi di kawahnya. Saat hujan, hindari kawasan puncaknya," ucap Adiseno.
Selain petir, kebakaran hutan termasuk tantangan besar bagi para pendaki. Untuk menyelamatkan diri dari kobaran api, Adiseno menyarankan tip melawan api dengan api (backfire atau escape fire). "Agar tidak terkepung api, bahan bakarnya mesti dilenyapkan dulu dengan cara membakar semua vegetasi di sekitar kita. Dengan demikian, api dari kebakaran tidak sampai menjangkau kita karena sudah kehabisan bahan bakar," kata Adiseno.
Pendiri Indonesia Expeditions (jasa pemandu gunung lokal dan internasional), Sofyan Arief Vesa, juga mengimbau pendaki pemula untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang gunung yang akan didaki. "Bisa dicari di Internet atau bertanya kepada pendaki yang sudah berpengalaman," ujar salah satu dari empat pendaki Indonesia yang pertama menaklukkan tujuh puncak gunung tertinggi di dunia (Seven Summit) itu pada kurun 2010-2011.
DINDA LEO LISTY