TEMPO.CO, Jakarta - Performa seorang atlet di lapangan erat kaitannya dengan asupan nutrisinya. Tak heran bila para atlet sangat menjaga makanannya. Petenis Rafael Nadal misalnya gemar menyantap hidanga laut sebelum bertanding.
Setelah turnamen berakhir, petenis yang sudah mengantongi sedikitnya 14 gelar juara Grand Slam serta 10 gelar juara Barcelona Open tersebut memilih camilan berupa
paella-nasi kaya rempah dan diberi campuran hasil laut khas Spanyol, buatan ibunya serta beberapa camilan lain seperti buah zaitun dan cokelat.
Baca: Rahasia Diet Rafael Nadal, Paella Buatan Ibu Jadi Makanan Favorit
Diet khusus juga diterapkan petenis asal Serbia Novak Djokovic . Novak Djokovic dipuji berkat gluten-free diet yang dipaparkan dalam buku karangannya Serve to Win. Novak menuturkan, pada dasarnya gluten bukan nutrisi yang spesial. Gluten merupakan salah satu jenis protein yang biasa terkandung dalam gandum. Makanan bertuliskan gluten-free berarti tidak mengandung protein gluten.
“Tubuh kita layaknya instrument penting. Jika tubuhku tidak bereaksi baik pada suatu makanan, aku tidak akan dapat mengalahkan pesaing-pesaingku.” tulis Djokovic dalam bukunya tersebut.
Petenis Caroine Wozniacki juga punya pola diet tersendiri. Dia mengaku gemar sekali mencampur beberapa jenis protein dan karbohidrat sebelum turnamen berlangsung. “Aku mencoba mencampur protein dan karbohidrat sebelum pertandingan berlangsung. Saat pertandingan berlangsung, brokoli menjadi sahabat setiaku.” ungkap Wozniacki.
Setelah turnamen selesai, dia baru bebas menyantap makanan favoritnya. “Aku akan senang sekali menyantap es krim rasa vanili dengan kue cokelat!”ujarnya.
Menurut para pakar kesehatan sayur-mayur merupakan sumber nutrisi nomor satu. Kandungan bahan kimia seperti phytochemicals membantu proses penyembuhan dan menjaga sistem kekebalan tubuh. Namun, tubuh memerlukan cukup waktu untuk mencerna makanan kaya serat seperti sayur-mayur. Agar performa tubuh tetap maksimal, batasi konsumsi makanan kaya serat sebelum bermain.
Tidak jauh berbeda dengan Wozniacki, Gael Monfils juga memilih sayur-mayur sebagai teman baiknya selama turnamen diadakan.
“Aku mengonsumsi banyak sayuran saat diet. Kadang, aku menyingkirkan makanan mengandung gluten, itu semua bergantung pada musim saat aku bertanding dan keadaan tubuhku. Aku sangat bersyukur memiliki tim yang sangat peduli dengan dietku.” ujar Monfils.
Monfils menambahkan, “Aku akan memakan banyak makanan yang aku suka pasca bertanding.”
Gluten-free diet memberikan hasil yang sangat maksimal bagi mereka yang memag alergi terhadap gluten. Namun, bagi orang yang tidak benar-benar alergi terhadap gluten, kandungan nutrisi yang dikonsumsinya kemudian menjadi sebuah pertanyaan, apakah tercukupi?
“Nasi merah, sayur dan alpukat menjadi pilihanku sebelum bertanding.” jelas Feliciano Lopez, atlet asal Spanyol yang juga gemar menyantap camilan manis. Lopez menambahkan, “Setelah bertanding aku langsung menyantap es krim rasa cheesecake.”
Nasi merah merupakan gandum utuh yang kaya akan serat dan karbohidrat. Nutrisi yang terkandung dalam nasi merah akan bekerja secara maksimal jika dicampur dengan sayur-mayur dan juga kacang-kacangan yang mengandung banyak protein.
Terakhir, sushi dipilih oleh Simona Halep sebelum bertanding. “Terkadang, aku memakan sushi, hanya California rollsnya saja. Aku juga makan pasta tanpa krim, hanya pasta dengan minyak zaitun dan sedikit keju. Setelah bertanding aku akan memilih pizza sebagai hadiah untuk diriku.” jelas Halep.
Jika tidak digunakan untuk memasak, minyak zaitun termasuk lemak tak jenuh. Namun, saat dipanaskan, minyak tersebut dapat berubah menjadi komponen tidak menyehatkan (lemak jenuh). Lemak jenuh ternyata mampu bertahan lebih lama di dalam perut dan sangat beperan membuat perut terlihat buncit.
Bagi Anda yang penasaran ingin mencoba salah satu diet petenis dunia di atas, pastikan untuk mengonsumsi makanan tanpa melewati proses pengemasan. Sebab, makanan yang dikemas dalam plastik, kaleng atau kemasan lain sudah pasti mengandung zat pewarna dan zat pengawet. Sepotong kue cokelat dan es krim ternyata dapat diubah menjadi gula secara cepat untuk menggantikan glikogen dalam otot sehingga tidak masalah untuk dikonsumsi selama diet.
FORBES | ESKANISA RAMADIANI