TEMPO.CO, Jakarta - Mimpi sering disebut sebagai bunga tidur. Namun, mimpi buruk bisa jadi sebuah pertanda ada yang tak beres dengan kesehatan jiwa. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa semakin sering seseorang mengalami mimpi buruk saat tidur mengindikasikan kesehatan jiwanya terganggu dan bisa meningkatkan risiko bunuh diri.
“Penelitian terbaru benar adanya dan dapat diandalkan. Mimpi buruk terbukti dapat meningkatkan risiko bunuh diri, meskipun hanya sepersekian persen.” ujar seorang peneliti bernama Sandman.
Kebanyakan dari kita tidak mempedulikan mimpi buruk yang kerap dialami terutama pada saat istirahat di malam hari. Bagaimana pun, semakin sering seseorang sulit untuk tertidur pulas dan mengalami mimpi buruk, hal tersebut dapat menjadi tanda adanya gangguan jiwa yang serius.
Para psikolog sekaligus peneliti di Universitas Turku, Finlandia menganjurkan agar orang-orang yang mengalami masalah sulit tidur dan mimpi buruk menanggapi hal tersebut dengan serius.
“Risikonya memang tidak terlalu besar, tidak semua orang yang mengalami mimpi buruk memutuskan untuk bunuh diri, namun yang perlu digaris bawahi ialah frekuensi mimpi buruk yang terjadi tidak boleh disepelekan dan segera ditangani.” jelas Nils Sandman melalui PsyPost – situs baru yang membahas masalah-masalah psikologis.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Finnish National Finrisk sepanjang 1972 hingga 2012, sedikitnya 71.068 partisipan terlibat dalam penelitian yang saat ini dikembangkan oleh pihak Universitas Turku.
Mengapa peneliti Turku memilih untuk mengembangkan survey yang telah dilakukan sebelumnya? “Penelitian butuh diulang berkali-kali sebelum akhirnya dinyatakan sebagai fakta ilmiah.” ujar Sandman dalam PsyPost.
Pada 2001 lalu, penelitian yang dilakukan oleh Tanskanen mengindikasikan bahwa mimpi buruk dapat meningkatkan risiko bunuh diri. Tim penelitian yang dipimpin oleh Sandman ingin menguji ulang penelitian tersebut sebab Tanskanen melibatkan para veteran perang sebagai partisipan yang ternyata memengaruhi hasil penelitian.
Penelitian yang baru-baru ini dilakukan oleh Sandman diikuti oleh 3.139 partisipan termasuk veteran perang. Statistik mimpi buruk yang ditunjukkan oleh veteran perang melesat jauh di atas partisipan lain. Menariknya, risiko untuk bunuh dirinya sangat rendah.
“Berdasarkan hasil penelitian terbaru, meskipun presentasenya tidak banyak, mimpi buruk terbukti mampu meningkatkan risiko bunuh diri.” ujar Sandman.
Mimpi buruk ditegaskan sebagai mimpi yang intensif dengan banyak emosi negatif. Frekuensi terjadinya mimpi buruk dapat pula meningkatkan risiko berubahnya mood sehingga menyebabkan kebanyakan partisipan termasuk veteran Perang Dunia II terpacu untuk mengakhiri hidupnya.
Sandman juga mengungkapkan kekurangan dari penelitian yang dilakukannya. Tim yang dipimpin oleh Sandman tidak dapat menyertakan data yang menjabarkan konten mimpi buruk seperti apa yang mampu mendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri.
Berdasarkan data partisipan yang ikut, meskipun perempuan cenderung lebih sering mengalami mimpi buruk, namun laki-laki memiliki risiko bunuh diri yang lebih tinggi.
“Banyak sekali bukti-bukti yang menunjukkan bahwa mimpi buruk memiliki kaitan erat dengan masalah kesehatan. Kedepannya, orang yang sering mengalami mimpi buruk diharap tidak menyepelekan masalah tersebut.” jelas Sandman.
INDEPENDENT UK | ESKANISA RAMADIANI