TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Vidyapati Mangunkusumo, dokter spesialis mata dari Jakarta Eye Center mengatakan tak hanya jumlah penderitanya masih tinggi, yang harus diwaspadai saat ini adalah bahwa penyakit kekeruhan pada mata itu bukan cuma menyasar orang-orang berusia lanjut, tapi juga mereka yang masih terbilang muda.
"Grafik umur bergeser ke arah muda, sekitar umur 50 udah pada mulai, jadi tergolong usia produktif,” kata Vidyapati di tengah acara peluncuran bukunya yang berjudul Mata, Cinta dan Terang Semesta: Perjalanan dr. Vidyapati Mangunkusumo, SpM dalam ikhtiar mengurangi
kebutaan di Indonesia, Sabtu, 20 Mei 2017.
Vidyapati menjelaskan, selain faktor usia, katarak juga disebabkan oleh oksidan. “Kita ekspos terhadap oksidan, makanya sekarang gencar kan obat anti oksidan,” tutur Dr.Vidyapati. Ia menjelaskan bahwa lensa mata manusia teroksidasi lebih cepat karena asap, rokok, dan makanan. “Termasuk junkfood mempercepat oksidasi,” ujarnya.
Walaupun belum bisa mengatakan faktor apa yang paling mempengaruhi penyakit katarak, tetapi Vidyapati mengatakan kemungkinan terbesarnya adalah polusi udara dan rokok. “Lawannya antara lain vitamin c, tapi saya rasa ada yang lain,” ujarnya.
AMMY HETHARIA