TEMPO.CO, Jakarta -Penyelengaraan ASEAN Literary Festival (ALF) keempat kalinya pada 3-6 Agustus mendatang akan menghadirkan penulis-penulis berpengaruh dan kritis dari kawasan Asia Tenggara. Para penulis itu di antaranya penulis asal Malaysia Faisal Tehrani—yang bukunya dilarang diedarkan—hingga penulis tanah air yang baru saja meraih penghargaan cerpen terbaik Kompas, Martin Aleida.
Pada helatan yang akan digelar 3-6 Agustus di kawasan Kota Tua, Jakarta ini para penulis ini akan berbagi banyak hal soal salah satunya soal demokrasi. “Faisal akan membuka ALF dengan memberikan kuliah umum tentang demokrasi, kebebasan berekspresi, dan sastra di Asia Tenggara di Fatahillah Square, Kota Tua, yang bersejarah,” ujar Direktur Program ALF Okky Madasari melalui rilis yang diterima Tempo, Rabu, 5 Juli 2017.
Menurut Okky, tentunya apa yang akan disampaikan Faisal dalam pidatonya nanti itu tak lepas dari pengalamannya sebagai penulis dari enam karyanya dilarang diedarkan di Negeri Jiran. Padahal Faisal pernah menangkan Hadiah Sastera Utusan Malaysia-Exxon Mobil 2002 lewat novelnya 1515 dan menerima National Book Prize in 2005 kategori bahasa Melayu.
Karya Faisal yang berjudul ‘1515’ pernah dijadikan bahan kuliah di program studi Melayu di Universitas Cologne, Jerman. Selain itu karyanya tersebut diterjemahkan dan diterbitkan kembali oleh Malaysian Institute of Translation & Books pada 2011. Karyanya ini dipuji Profesor Emeritus Dr Salleh Yaapar dari Universiti Sains Malaysia sebagai penemuan kembali identitas dan sejarah orang Melayu.
ALF, yang tahun ini mengambil tema “Beyond Imagination” akan menghadirkan belasan sesi diskusi sebagai bagian utama festival. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ALF selalu konsisten mengusung tema yang menjadi permasalahan penting masyarakat meskipun mendapatkan tantangan besar.
Tahun ini, kebebasan berekspresi menjadi isu utama selain meningkatnya radikalisme dan terorisme serta peran media sosial yang semakin sentral dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat.
AISHA SHAIDRA