TEMPO.CO, Jakarta - Di antara kita banyak yang mengenal orang-orang yang tidak bisa sebentar saja meninggalkan pekerjaannya. Dia bisa memeriksa e-mail setiap saat sepanjang hari dan menolak beristirahat di hari libur. Dia seperti terikat dengan meja kerjanya.
Baca: 5 Pekerjaan Ini Rentan Mengundang Depresi
Kebiasaan yang dikenal dengan sebutan workaholic itu ternyata berdampak buruk bagi kesehatan seseorang. Bisa berpengaruh kepada gangguan pola tidur, jenis makanan yang dikonsumsi, dan olahraga yang dilakukan.
Lebih dari itu, menurut penelitian terbaru, seperti dilansir Dailymail, seseorang yang gila kerja, ternyata berisiko terkena penyakit kejiwaan. Periset di University of Bergen, Norwegia, sudah menyebutkan para workaholic rentan atau cenderung terkena attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau hiperaktif, obsessive compulsive disorder (OCD) atau obsesif, kecemasan, dan juga depresi.
Dr Cecilie Schou Andreassen, yang juga seorang sarjana tamu di University of California, Los Angeles, mengatakan, "Orang gila kerja lebih tinggi pada semua gejala kejiwaan daripada orang-orang yang tidak bekerja gila-gilaan."
Dari analisis yang dilakukan kepada 16.426 pekerja, Dr Schou Andreassen mengungkapkan empat fakta yang perlu Anda ketahui tentang workaholic dan hubungannya dengan penyakit kejiwaan.
Pertama, 32,7 persen pecandu kerja memenuhi kriteria ADHD, dibandingkan dengan 12,7 persen orang yang tidak bekerja gila-gilaan.
Kedua, 25,6 persen memenuhi kriteria OCD, dibandingkan dengan 8,7 persen non-pecandu kerja.
Ketiga, 33,8 persen memenuhi kriteria kecemasan, dibandingkan dengan 11,9 persen non-pecandu kerja.
Keempat, 8,9 persen memenuhi kriteria depresi, dibandingkan dengan 2,6 persen non-pecandu kerja.