TEMPO.CO, Jakarta - Dieter Bartels, seorang Antropolog asal jerman, meluncurkan buku berjudul Di bawah Naungan Gunung Nunusaku, Muslim dan Kristen hidup berdampingan di Maluku Tengah pada Rabu, 23 Agustus 2017. Buku tersebut dia tulis setelah hampir 40 tahun lebih mempelajari serta menulis kajian ihwal masyarakat Maluku baik di Indonesia maupun Belanda.
Dalam bukunya, Bartels menguraikan Ikatan Pela sebagai kearifan lokal orang Maluku untuk mempererat relasi Muslim dan Kristen. Pela merupakan suatu sistem hubungan sosial atau persaudaraan yang dikenal di Maluku dalam perjanjian antar kampung, baik yang beragama Islam maupun Kristen.
Sejak 1974, Bartels konsisten meneliti tentang manusia dan kebudayaan di Maluku dengan pendekatan etnografi. Pendekatan ini memberikan pemahaman baru terkait sistem kebudayaan pela bagi masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat Maluku. Terutama memahami identitasnya sendiri setelah ratusan tahun yang diyakini hampir punah setelah bangsa Eropa menguasai Maluku.
Peluncuran buku tersebut bertempat di lantai 2 Gedung Rektorat Universitas Patimura, dan dihadiri berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh lintas agama, akademisi, TNI, serta organisasi agama maupun kepemudaan.
Mantan Ketua Sinode GPM, Jhon Ruhulessin mengatakan buku Bartels adalah rekonstruksi sejarah bagaimana budaya pela menjadi penentu, membangun keberagaman baik agama, suku, maupun etnis.
Kendati Maluku pada 1999 lalu pernah mengalami konflik, namun ikatan Pela tetap terjalin. “Selama konflik terjadi di Maluku, relasi pela antarkampung tetap, terjaga itu artinya budaya tersebut adalah kekuatan menjaga persaudaraan ,” ujarnya.
Kurangnya komunikasi turut mempengaruhi tingkat kepercayaan sesama masyarakat sehingga dapat memicu terjadinya konflik. Untuk itu, menurut dia proses dialog lintas agama maupun budaya sangat penting dilakukan saat ini.
“Kebuntuan komunikasi antara elemen masyarakat menjadi penyebab konflik, untuk itu proses dialog itu penting tidak hanya lintas agama tetapi dialog antar budaya, ” ujar dia.
Ketua I Majelis Ulama Indonesia, Abidin Wakano mengatakan, sebelum konflik, ikatan pela atau persaudaraan begitu kuat. Namun isu politik identitas yang belakangan menyeruak di Indonesia menghancurkan nilai-nilai budaya tersebut. “Persaudaraan dalam ikatan pela dikalahkan oleh pemahaman baru atas nama agama yang diadopsi dari luar, apa artinya agama tanpa budaya, ”kata dia.
Peluncuran dan diskusi buku yang ditulis Dieter Bartels berusaha menyingkap relasi kristen dan Muslim dalam ikatan budaya Pela. Buku itu diharapkan dapat menjadi acuan untuk menjaga persaudaraan yang harmonis dalam narasi perdamaian di Tanah Maluku.
RERE KHAIRIYAH